Chapter 23

468 27 0
                                    

Si ketua The dead itu tersenyum miring. Sedetik setelahnya ketua The dead itu berlari ke arah Liora sambil membawa belati, dan akan segera menancapkannya pada punggung Liora.

Dorr.. dorrr.. Dorrr..

Namun sebelum itu terjadi. Seorang gadis sudah menembaknya terlebih dahulu. Hingga membuat ketua The dead itu terjatuh dan langsung mati di tempat.

Liora menoleh dengan ekspresi wajah tidak percaya. Saat melihat Denata yang berdiri sambil memegang pistol.

"Denata?" tanya Liora tak percaya. "Lo—"

"Emm." Denata menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sorry gue cuman bantuin lo doang."

"Ta-tapi gue gak butuh bantuan lo!"

"Oke." percuma saja, Denata menolong Liora, nyatanya wanita itu tidak tau caranya berterimakasih.

Denata hendak keluar dari sana. Namun langkahnya terhenti saat dua orang anggota The dead, mencegat langkahnya.

"Mau apa lo?" tanya Denata sambil menaikkan dagunya. "Gue bukan anggota mereka! Jadi gu—"

Denata meringis tertahan, saat salah satu dari mereka sengaja melempar pisau lipat dan berhasil menancap ke telapak tangannya. Darah segar mulai merembes kemana-mana. Namun Denata sekuat tenaga menahannya.

Jadi begini rasanya? Jadi ini yang di rasakan korban-korbannya?

Duakhh
Bugh
Bugh
Bugh

Denata membogem dan menendang kedua orang itu dengan emosi, ia langsung pergi dari sana. Ia juga harus melawati orang-orang yang sedang berkelahi.

Bahkan baju Denata, sudah banyak terkena cipratan darah. Di luar gerimis, namun Denata harus tetap ke rumah Kenzo. Untuk menjelaskan semuanya.

"Kenzo."

Tok tok tok

Denata mengetuk-ngetuk pintu rumah Kenzo, yang terlihat sepi karena waktu sudah menunjukan, pukul 22.30 malam. itu artinya keluarga Kenzo sudah tertidur.

Tak lama kemudian Kenzo, membuka pintu. Dan membulatkan matanya saat melihat Denata disini. Ia sedikit menutup hidungnya karena bau amis, yang keluar dari tubuh Denata.

"Ngapain kamu kesini?" tanya Kenzo ketus.

"Kamu marah sama aku?" Denata malah bertanya balik.

"Den. Tangan kamu kenapa?" Kenzo memperhatikan tangan Denata, yang terus menerus mengeluarkan darah.

"Gapapa. Aku kesini cuman minta maaf. Kamu maafin aku 'kan?" tanya Denata.

"Aku sebenarnya kesel sama kamu. Tapi kamu harus jelasin. Kenapa kamu tadi pulang bareng Farrel, terus siapa yang anterin kamu tadi pagi?"

"Dewa yang anterin aku ke sekolah tadi lagi. Kamu tau Dewa 'kan? Dia Sahabat aku. Terus tadi aku pulang bareng sama Farrel, katanya dia minta di anterin ke gramedia, buat pilih-pilih novel buat adiknya."

"Oh."

"Jadi kamu maafin aku 'kan?"

"Iya aku maafin."

Denata [Completed]Where stories live. Discover now