37. Tamu malam-malam

Start from the beginning
                                    

Mataram meyakinkan Aksara untuk terbuka sama dia. 

"Iya, aku belum pernah cerita soal ini ke siapapun. Bukan karena aku gapengen tapi karena aku emang ga punya siapapun sebelumnya--" 

Mataram termenung mendengarkan perkataan Aksara. 

"Terus ketika aku ketemu kamu waktu pertama kali masuk kelas kemudian selang beberapa bulan aku merasa kamu bisa aku percaya--"  

Mataram tidak menanggapi atau menyela pembicaaraan yang dibuat Aksara. Ia hanya mendengarkan dengan seksama dan mencoba menjadi pendengar yang baik buat Aksara. 

"Sebenernya aku sering diperlakukan enggak adil sama ayahku," ucap Aksara memulai topik pembicaraan yang selama ini ingin Mataram dengar. 

"Gaadil gimana?" timpal Mataram. 

"Jadi, ayah sama ibu aku itu udah enggak serumah selama setahun belakangan ini. Mereka emang enggak pernah punya waktu buat aku di sini. Jangankan nyisihin waktu buat aku, untuk diri mereka sendiri pun sulit-" jelas Aksara. 

"Terus?" timpal Mataram.

"Kayak yang kamu liat di foto tadi, profesi mereka berdua menuntut buat bisa ngerelain waktunya agar bisa dicurahkan sama profesi mereka. Ayah aku yang tentara lalu ibu aku yang jadi dokter," ucap Aksara. 

"Tapi kan dokter suka ada liburnya?" tanya Mataram. 

"Dia dokter bedah. Jadi mesti bisa standby kapanpun diperluin," Aksara langsung menanggapi.

"Terus gimana?" Mataram ingin mendengar lanjutan cerita Aksara. 

"Iya, aku jadi mereka pisah karena beralasan ketemu pun jarang ngapain di pertahanin-" 

"Itu siapa yang bilang begitu?" tanya Mataram. 

"Ayah--" mata Aksara mulai sayu kembali. 

"Ayah kamu?" tanya Mataram lagi. 

"Heem, itu sebabnya ibu aku pergi dari rumah dan aku enggak terima dengan kepergian ibu," ucap Aksara. 

"Kenapa enggak ikut nyokap aja? Kenapa lo ikutin bokap lo yang notabene mengusulkan ide pisah ini?" Mataram penasaran. 

"Karena ketika aku ingin ikut ibu, ibu menolak. Dia lebih memilih untuk ninggalin aku sama ayah aku. Jadi aku enggak bisa apa-apa," jelas Aksara. 

Mataram merasa iba dengan apa yang menimpa Aksara. Seolah-olah dia enggak habis pikir dengan orangtua Aksara yang bisa berlaku seperti itu sama Aksara. 

"Udah udah, jangan diterusin lagi ceritanya," Mataram menghentikkan sesi curhat itu. 

"Kenapa?" Aksara bingung. 

"Ganti aja bahasannya, kita bahas cowok aja atau apa gitu yang lebih seru," ucap Mataram berusaha menyudahi obrolan yang bikin dia sendiri sedih. 

***

Satu part setengah gue malah nyeritain Aksara sama Mataram. Padahal tokoh utamanya gue loh ini. Hm, jadi sekarang gue udah ada di rumah gue lagi. Sedikit agak cape karena abis bantuin bapak dagang di kios. 

Sepulangnya ke rumah gue langsung peluk ibu gue dulu yang lagi asyik nonton Ikatan Cinta. Kata ibu gue, Andin sama Aldebaran pasti rujuk. Biasanya omongan ibu gue enggak pernah salah. Jadi semoga aja Andin sama Aldebaran rujuk ya. 

Rumah gue selalu rame sampe malem. Karena adek-adek 4g gue enggak pernah tidur kalo belum jam sebelas malem. Jadwal nonton youtubenya suka sampe jam sebelas malem. Jadi setiap gue balik kerumah malem-malem sama bapak, para bidadari di rumah gue selalu menyambut dengan hangat. 

"Bu Lanang pulang--" sapa gue ketika baru masuk rumah. 

"Kenapa pulang nak?" ibu menjawab dengan santainya. 

"Terus Lanang harus tidur di kios bapak?" tanya gue balik sama ibu. 

"Ya gapapa. Sekalian buangin sampah di dapur kalo mau tidur di kios bapak--" 

"Ibuuuu ih!" ucap gue kesel-kesel gemes gitu sama ibu gue yang satu ini. 

Gue pun berlalu menuju kamar gue yang ada di lantai atas. Gue udah kangen sama bantal dan guling yang udah enggak sabar buat gue tidurin. 

Baru aja mau melompat ke atas kasur dan rebahan dengan indah, ibu gue manggil. 

"Lanaaang!" 

Gue pura-pura gadenger ibu gue manggil. "Lanaaaaang!" 

Gue masih pura-pura gadenger. 

"Lanang! Ibu potong ya uang jajan nya!" teriak ibu gue dari lantai bawah. 

"Iya buuuuu! Bentar!" gue langsung beranjak menghampiri ibu gue. 

"Kenapa bu?" tanya gue sama ibu. 

"Itu diluar ada temen kamu, katanya ada keperluan mendesak gitu--" ucap ibu gue.

"Siapa bu? Malem-malem gini?" 

"Enggak tau, tapi ini bukan si Ngatno, soalnya orangnya cakep. Kok mau dia temenan sama kamu yang dekil gini?" 

"Ih ibu mah-- siapa ya?" 

Gue pun berjalan menghampiri orang yang bertamu di malam hari. 

Pas gue buka pintu ternyata yang dateng adalah sosok yang gue sering inget dan berputar di kepala gue. 

Dewangga.

***

GIMANA SUKA PART INI?

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA SUPAYA AKU MAKIN SEMANGAT UP NYA!

I WOLF U ALL!:3

Semester Genap (Tamat)Where stories live. Discover now