1. Huru-Hara

1.2K 415 545
                                    

"Jika bertemu denganmu adalah sebuah dosa, maka biarlah aku disebut pendosa"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika bertemu denganmu adalah sebuah dosa, maka biarlah aku disebut pendosa"

***

TRENG ... TRENG

Bel sekolah sudah berbunyi. Murid-murid berlarian tak karuan. Ini adalah hari Jum'at, hari paling cerah dari seluruh hari ketika bersekolah. Gue, Lanang Laraspanjang, disuruh Bu Rita, guru Bahasa Inggris gue buat bawain buku-buku murid yang baru selesai dinilai minggu kemarin. 

Bu Rita ada didepan gue, berjalan dengan lenggak-lenggok nya yang selalu membuat para guru laki-laki di ruangan Tata Usaha melirikkan mata untuk sesaat dan menikmati keindahan yang Tuhan ciptakan melalui Bu Rita. 

Ngomong-ngomong, Bu Rita itu janda. Makanya, pas tau dia jadi wali kelas gue, banyak guru-guru yang coba kepo sama Bu Rita. Soalnya Bu Rita adalah wali kelas yang paling baik dan sudah seperti ibu kami sendiri di sekolah. Bahkan di kelas, kami memanggilnya Mama Rita. Supaya kedekatan kami bisa terjalin dengan baik, begitu yang diucapkan Mama Rita pada kami--- eh maksud gue Bu Rita. 

Tibalah gue di ruang guru yang memiliki aroma khas. Aroma bapak dan ibu guru yang biasa dihafal oleh semua anak-anak sekolah agar tau kapan kedatangan dan kepergian guru-guru tertentu. Bahkan, di kelas gue ada satu orang murid yang tau dan hafal warna, plat, jenis, dan jenis ban mobil dari salah satu guru killer dikelas kita, temen gue itu namanya Atno alias Ngatno. 

Dia salah satu karib gue, karena wajah kami gak terlalu berbeda jauh. 

***

Sembari menunggu Bu Rita, mata gue berkeliling memandangi ruangan guru yang cukup luas. Gue memberikan senyum kecil kesetiap guru yang kebetulan memandangi gue balik. Sebagian guru ngerasa gue aneh, tapi gapapa. 

Lalu kemudian, ada sosok yang gak asing masuk dan menghampiri meja Bu Rita. Seorang perempuan dengan rambut sedahi dan bulu mata yang indah. 

Aksara. 

"Manggil saya?" ucap Aksara tiba-tiba. 

Gue yang kaget dan seneng liat Aksara sedeket ini, dengan hanya terpisah oleh meja Bu Rita enggak bisa nyembunyiin rasa seneng gue. 

"Engga, Lanang gak manggil Aksa" bibir gue dengan sendirinya menjawab dengan mimik wajah mesum yang membuat Aksara terlihat risih sama sikap gue. 

"Saya ngomong sama Bu Rita" ucap Aksara pelan dengan mata yang mengisyaratkan rasa mual melihat mimik gue yang absurd.

"Fokus Lanang, makanya kamu harus rajin cuci muka kata Ibu juga" Bu Rita menimpali keadaan canggung yang terjadi antara gue dan Aksara. 

"Apa hubungannya sama cuci muka Bu?" gue mencoba memahami maksud perkataan wali kelas kesayangan kami semua ini. 

"Supaya kamu tampan nak" jawab Bu Rita sembari tersenyum dengan mata melirik ke arah Aksara yang terdiam. 

Aksara sedikit tersipu. 

Semester Genap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang