37. Tamu malam-malam

102 51 1
                                    

"Kamu lebih kuat dari yang kamu tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu lebih kuat dari yang kamu tahu. Lebih cakap dari yang pernah kamu impikan. Dan kamu dicintai lebih dari yang bisa kamu bayangkan."

- Mataram Rindu Sembahyang -

***

Tangis dan pilu.

Dua kata berderai air mata. Mengapa setiap kita merasakan kesedihan dan kekalahan dalam kehidupan selalu saja air mata yang mengalir bukan sesuatu hal yang lain yang lebih bisa mewakili dari rasa sakit itu sendiri?

Konon katanya air mata adalah butiran-butiran masalah yang selama ini kita pendam dalam hati dan diri kita sendiri yang sudah tak tertampung. Ia mendesak keluar dan berubah menjadi sebutir cairan yang mewakili runtuhnya perasaan kita akan suatu kekecewaan yang berat dalam hidup. 

Aksara misalnya. 

Mau sekuat apapun dia menyembunyikan kesedihannya dengan bersikap baik-baik saja, mendiamkan orang lain, mematuhi perintah orang lain meski itu hanya  untuk membuatnya aman dari sesuatu hal yang tidak pasti, tetep aja dia menangis. 

Karena pada hakikatnya rasa sedih dan kekecewaan diciptakan Tuhan agar kita dapat memaknai setiap tetesan air mata yang mengalir tatkala kita menangisinya. Begitulah cara Tuhan mengajarkan pada kita arti dari kata tegar dan sabar. 

Aksara sudah tidak tahan lagi dengan kesakitan batinnya yang luar biasa. Di sekolah ia mungkin memiliki gue, Lanang Laraspanjang yang akan selalu berusaha buat bikin dia senyum dan terhibur sama wajah dekil gue. 

Emang bakalan kehibur ya sama wajah dekil gue? 

Kalo enggak kehibur pun setidaknya Aksara ngerti kalo di dunia ini enggak ada yang diciptain sendirian. Semua selalu memiliki pahlawannya masing-masing. Ironisnya, pahlawan Aksara di dunia ini berubah menjadi musuh terbesar Aksara di kehidupannya sendiri. 

Ayahnya. 

Tangis yang ia luruhkan dalam pelukan Mataram adalah kebenaran dari rasa sedihnya selama ini. Enggak pernah terpikirkan sama Aksara kalo menjadi pendiem akan menjadi kata sifat yang melekat padanya selama di sekolah. 

Tak pernah terpikirkan juga sama Aksara kalo dia akan berurusan dengan Dewa dan Lanang. Dua laki-laki yang menginginkannya dari sudut pandang yang berbeda. Dua laki-laki yang menambah rumit pikirannya yang sedang memikirkan laki-laki yang menjadi pahlawan untuk dunianya. 

Ayahnya. 

Mataram melepas pelukan eratnya pada Aksara yang tampak sudah mulai agak tenang. Ia tak mencoba mengulik apa yang Aksara tangisi. Mataram hanya ingin menyiratkan kalo dia ada dan bisa buat dengerin semua keluhan dari perempuan berambut sebahu itu. 

"Mataram, enggak apa-apa kalo aku cerita sama kamu?" ucap Aksara dengan mata memelasnya.

"Kan gue udah nawarin dari tadi, cerita aja sama gue." 

Semester Genap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang