13. Alas pantat

201 112 35
                                    

"100 itu sempurna, kamu 1 lebih sempurna

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"100 itu sempurna, kamu 1 lebih sempurna." 

–Rectoverso–

Selesai dengan wanita berkekuatan gorila kini gue di hadapkan pada perempuan yang kelembutannya lebih lembut dari bulu kucing anggora yang harganya bisa lebih mahal dari gerobak nasi goreng bapak gue.

Aksara Putri Ratu.

Perempuan berambut sebahu ya,  bukan sedahi. Kalau sedahi itu modelan rambut anak tentara. Namanya cepak tentara. Jadi yang ada di hadapan gue dan nangis terseguk-seguk adalah Aksara Putri Ratu, perempuan berambut sebahu dengan senyuman yang dapat meruntuhkan kepercayaan gue bahwa bumi itu bulat. 

Gue dengan segala prasangka buruk gue mengira jika Aksara sedang menangisi gue yang berduaan dengan Tararam karena hal yang bisa membuat dia salah paham. 

Tangisannya semakin keras.

"Kamu kenapa? Kok nangisnya makin keras pas aku kesini?" gue takutnya Aksara kaget liat gue turun dari atap.

Sambil terisak-isak Aksara mencoba menjawab pertanyaan gue. "Heuuu.. Lanang, aku--" ucapannya terpotong lagi oleh tangisan yang tak kunjung selesai. 

"Bicara dulu yang jelas, aku gabisa artiin bahasa tangisan kayak gini Aksara."

Aksara memukul pelan ke arah perut gue.

"Aku lagi gamau becanda Laraspanjang!" nada bicaranya agak naik. 

Gue tersenyum.

"Yaudah terus kamu kenapa nangis sekencang ini? Udah gitu nangisnya disini, di tangga menuju atap sekolah. Kenapa?" gue mengeluarkan suara sejuta fakboy yang dapat menenangkan segala macam kegundahan para wanita. 

Aksara menahan tangisnya. Ia mulai menarik nafas dalam-dalam. Setelah merasa agak tenang dia mulai mencoba berbicara dengan jelas sama gue. 

"Tadi kan pas di kantin kamu ninggalin aku gitu aja, terus aku-- heeeu---"

Belum selesai dengan kalimatnya Aksara sudah menangis lagi. 

"Ih nangis lagi. Diem dulu, cerita dulu pelan-pelan. Kenapa?" gue mencoba menenangkan Aksara kembali. 

Aksara kembali menyeka air matanya dengan kedua tangannya seperti anak kecil yang baru belajar menangis. 

"Jadi-- aku kan tadi di tinggalin kan sama ka--"

"Iya udah bagian ditinggalin sama akunya jangan disebutin lagi. Kesannya aku yang jahat, intinya aja kamu kenapa nangis?" gue mulai agak kesal karena Aksara menghabiskan durasi cerita Semester Genap dengan tangisannya. 

"Ih ko marah-marahin aku sih. Heuuu---" Aksara melanjutkan isakannya.

Mewek aja terus sampe cerita ini dipinang penerbit, lalu jadi novel terus diadaptasi jadi serial

Semester Genap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang