33. Tugas sahabat Aksa

103 57 19
                                    

"Sering kali cinta tidak menyadari kedalamannya hingga saat perpisahan tiba

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sering kali cinta tidak menyadari kedalamannya hingga saat perpisahan tiba." 

- Kahlil Gibran -

***

Perempuan berambut sebahu itu menangis tersedu-sedu. Dikelilingi oleh benda-benda mati hatinya pun ikut mati bertepatan dengan tamparan dari seorang lelaki bernama Dewangga Dalil yang sangat ia idam-idamkan. 

Misteri tentang Aksara Putri Ratu yang masih menggelayuti pikiran gue masih tetap belum menemukan jawabannya. Terpenting gue tau kalo Aksara memang enggak bermaksud untuk menyakiti gue waktu itu. Melihat dia menangis dan diperlakukan sekasar ini membuat gue udah enggak bisa menahan kekesalan yang sudah tertumpuk memenuhi kepalan tangan gue. 

"Jangan-- jangan lakuin apa-apa ya Lanang?" lirih Aksara menatap wajah gue yang dekil. 

Gue yang kembali melihat Aksara disakitin sebenernya enggak pengen dengerin rengekan dia dan langsung mengejar lelaki bernama Dewangga itu. Gue bener-bener harus bikin perhitungan sama Dewangga. 

"Kenapa kamu nahan aku? Aku lagi pengen belain kamu bukan mau nyakitin kamu Aksara." 

Aksara menyeka air matanya, berusaha terlihat baik-baik saja di hadapan gue. "Enggak Lanang, ini enggak sesimpel yang kamu pikirin. Aku gamau kamu ikut keseret sama masalah ini--" Aksara masih mengelak untuk menerima bantuan gue. 

"Jadi kamu pengen diginiin terus?" gue balik menanyai Aksara. 

"Iya-- udah aku udah biasa kayak gini ko Lanang," ucap Aksara dengan senyuman yang begitu berat ia siratkan di wajahnya. 

"Kalo kamu sedih jangan sekali-kali coba buat tersenyum. Apalagi di depan aku."

Gue menyeka air mata yang terus mengalir di sudut bibir Aksara Putri Ratu. Dirinya ingin terlihat kuat namun kerapuhan selalu mematahkan asanya.

"Mulai sekarang dengerin aku ya?" ucap gue pelan. 

Rambut cewek pendiam ini gue selipkan di belakang telinganya, Bekas tamparan itu semakin terlihat dan membuat Aksara malu. Gue mengambil satu langkah lebih dekat dengan Aksara. "Diem." 

*Kiss*

Gue mengecup pipi Aksara yang merah karena tamparan Dewangga. Gue mengisyaratkan jika gue ada buat dia dan apapun yang terjadi gue enggak akan ninggalin Aksara sendirian. Sebenernya gue takut Aksara marah dengan tindakan gue yang lancang ini. 

Aksara hanya terdiam dengan kerapuhan di kedua matanya. Perasaan gue semakin kuat untuk Askara. Hati gue seakan memberi isyarat kalo gue harus selalu ada di samping Aksara Putri Ratu.

Semester Genap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang