Prolog

28 6 0
                                    


"Apa yang tidak kita ketahui sesungguhnya tak terhingga kali lipat dibanding apa yang kita ketahui"


Begitu membelok ke tempat parkir Dokter Scott Walton tertawa sampai gusinya yang merah tertimpa cahaya matahari. Di rumah sakit Los Angeles, tempatnya kerja sebelum ini, nyaris tiap pagi ia senewen mencari celah untuk mobilnya. Di Joplin ia disambut lapangan parkir yang sangat lengang. Itu sebabnya ia tertawa dan tercengang. Bagaimana bisa area parkir hampir seluas lapangan bola ini hanya dihuni sebuah sedan tua dan sebuah ambulans yang teronggok lesu di pojokan.

Ia melangkah cepat melintasi taman kecil. Warna-warni bunga snapdragon mencuat-cuat di sepanjang jalur taman itu,  menghamburkan kesegaran yang terus dinikmatinya, sampai tahu-tahu ia sudah tiba di seberang taman.

"Oh my..." gumamnya tertegun. Sebuah bangunan besar bercorak Victorian seperti mendadak berdiri di hadapannya. Warna  kelabu membungkus sekujur bangunan tua itu seolah mengabarkan kalau ia terseok-seok datang dari kejauhan masa silam. Sebaris tulisan melekat suram di perutnya: Joplin Mental Hospital. 

Inilah hari pertamanya bertugas di rumah sakit jiwa Joplin, menggantikan psikiater tua Dokter Bill Fischer yang pensiun.

"Kalau Anda menyukai kesibukan, saya kira di sini bukan tempat yang tepat, Dokter," ujar Wagner, perawat yang menemaninya berkeliling rumah sakit. "Tempat ini hanya berisi enam pasien. Kasus skizofrenia dan depresi biasa. Lima di antaranya sudah dalam fase stabil."

Dokter Walton mengangguk samar. Tanpa diberitahu pun ia sudah melihat pasien-pasien itu tadi di taman bagian dalam rumah sakit di mana kelima orang itu tengah berjemur. Mereka tampak sehat dan normal.

"Hanya satu pasien menghuni ruang isolasi." Berkata Wagner sambil mengajak berbelok ke sebuah lorong.

"Kudengar dia antofobia, takut kepada bunga, Wagner?"

"Begitulah, dokter."

Mereka tiba di lorong ruang isolasi yang muram. Lorong itu memanjang seperti terowongan dengan dinding putih kusam di kanan kirinya, sebuah bohlam yang terus memancarkan cahaya kemerahan menggantung sendirian di langitnya. Langkah mereka terhenti di pertengahan lorong, sekat terali besi menghadang mereka.

"Hey, Jolyon! Bisa kau buka pintu terali?" Wagner berseru ke arah penjaga tak jauh dari situ.

"Tentu, Wagner! Selamat pagi, dokter," sapa Jolyon bergegas membuka pintu.

Mereka beriringan menuju ke ujung lorong. Jolyon lalu membuka pintu di sisi kanan.

"Kami sengaja tempatkan dia di pojok," terang Wagner. "Sebab kalau histerisnya datang teriakannya benar-benar bising."

Dokter Walton menyapukan pandang ke seluruh ruang isolasi yang didominasi warna putih. Spons tebal dalam bungkus kulit sintetis melapisi sekujur dinding dan lantainya, supaya penghuninya tak cedera akibat membenturkan diri.

Seorang lelaki empat puluhan memeluk kedua lututnya duduk memepetkan diri di pojokan, seakan mau menyembunyikan diri ke dalam tembok. Kepalanya yang gundul sesekali menanduk dinding berlapis spon dan tubuhnya yang kurus bergetar seperti orang menggigil.

"Siapa namanya?" tanya Dokter Walton. Ia berjongkok memperhatikan sorot mata orang itu yang acuh terhadap apapun.

"Gordon Summer. Lahir di Kansas, 29 Agustus 1979. Pekerjaan terakhir mikrobiolog."

"Sudah berapa lama ia begini?"

"Hampir sepuluh tahun, Dok. Persisnya sejak ia dilaporkan hilang selama lebih dari dua bulan, lalu belakangan ditemukan pingsan tersangkut di akar pohon di tepian danau Ozark."

"Ke mana ia selama hilang?"

"Tak ada yang tahu. Terakhir kali sebelum menghilang ia terlihat di sekitar Dark Cluster di Cedar Ridge." Wagner mengangkat bahu. "Begitu ditemukan dan tersadar, kondisinya sudah seperti ini, membeku seperti patung es. Tapi ada kalanya ia mendadak histeris sejadi-jadinya."

Dokter Walton mengarahkan cahaya senter ke dalam mata lelaki itu. Orang itu tak menunjukkan reaksi apapun. Kelopak matanya bahkan terus menganga menentang silau cahaya. Pandangannya lurus ke depan seakan menembus Dokter Walton yang berada di hadapannya.

"Hmmm... Bagaimana kasus antofobia bisa seperti ini?" gumam Dokter Walton seakan berkata sendiri.

"Untuk Anda tahu, Dok, orang ini hanya takut pada satu macam bunga."

"Oh ya? Bunga apa?"

"Snapdragon."

"Snapdragon?" kening Dokter Walton mengkerut. "Snapdragon fobia... Bisa kau ambilkan bunga itu, Jolyon?"

Jolyon bertukar pandang dengan Wagner. Keduanya tampak ragu, tapi kemudian tanpa menyahut Jolyon berlari ke luar.

"Emmm.. tapi dokter, reaksinya terhadap bunga snapdragon bisa sangat..."

"Sangat apa?" Ia menoleh ke arah Wagner dengan alis terangkat. "Aku harus melihat sendiri seberapa berat atau seberapa ringan reaksinya, Wagner."

Sebentar kemudian Jolyon muncul, di tangannya beberapa tangkai bunga snapdragon. Dokter Walton menerimanya, jemarinya yang kurus menggenggam tangkai bunga itu dan kelopak-kelopaknya yang runcing diarahkannya persis di depan pandang mata Gordon Summer.

Ajaib. Seperti tersambar setrum mata kosong itu sekonyong-konyong berkilat. Wajahnya yang datar seketika berapi. Tanpa ba bi bu mendadak sontak ia melonjak dari duduknya,

"IBLIIIIIIIIISSSSSSSSSSSSS....!!" Ia memekik histeris.

Dokter Walton dan Jolyon terjengkang berbarengan oleh lonjakan tiba-tiba Gordon Summer. Kacamata Dokter Walton terpelanting dan terinjak remuk kaki Gordon sewaktu ia menerjang ke depan. Gerakan lelaki yang ketakutan melihat bunga itu benar-benar cepat tak terduga hingga Wagner juga terlambat bereaksi. Ia terhuyung ke dinding oleh dorongan keras pasiennya itu.

"IBLIIIIIIIIISSSSSSSSSSSSS....!!"

Gordon melesat ke luar dari ruang isolasi. Belasan langkah di belakangnya, Wagner pontang-panting mengejar, diikuti Jolyon, dan Dokter Walton yang kehilangan fokus akibat kacamatanya pecah.

"Gordon!! Stop!" teriak Wagner panik,

Apa gunanya memanggil orang yang hilang ingatan? Kaki-kaki kurus Gordon Summer melintasi lantai dengan cepat, ia terus lari bak lokomotif menderu di sepanjang lorong. Jaraknya dengan pintu terali besi tinggal beberapa meter lagi. Pintu itu menganga setengah terbuka, Jolyon telah lalai menguncinya. Tetapi Gordon tak berlari ke sana. Ia melesat deras menuju tembok beton putih di sisi kanan pintu terali yang seolah membentangkan tangan menyambutnya. Kepalanya yang gundul datang lebih dulu...

BLDAKKKK..!!!

Gordon Summer ambruk ke lantai, tembok putih itu basah oleh warna merah.

* * *

The Dark ClusterHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin