Erkan mengeluarkan daun dari mulutnya ke belakang tubuh di mana ada pot semen besar yang dipenuhi tanaman. Cowok itu juga memeletkan lidah karena merasakan daunnya pahit.

"ERKAN MAAFIN KINTA!" teriak gadis itu, masih dengan ekspresi takut dan paniknya.

"ERKAN, KINTA BELIIN MINUM YA?"

"ERKAN JA-JANGAN PUTUSIN KINTA DULU!"

Kinta hendak berlari, tapi Erkan segera menahan tangannya.

"Mau cobain gak?" tanya Erkan.

"A-apa?"

"Daunnya."

"GAK MAU!" tolak Kinta keras.

"Ah, ada getahnya lagi, kalo gue keracunan gimana? Ah, tiba-tiba pusing." Erkan berucap sembari mendudukkan dirinya di pot semen. Tangannya pun memegang kepala seolah ia betulan pusing.

"E-Erkan?" Kinta mulai khawatir. Maka darinya ia pun maju dan mendekati Erkan.

Tak sengaja, tangan Erkan yang terulur ke belakang tiba-tiba mengenai duri tanaman.

"Akh," keluh Erkan kesakitan.

"ERKAN KENA DURI?"

"Aaa shh." Lelaki itu menautkan alis.

Kinta langsung menunduk dan memegang tangan Erkan supaya bisa melihat jari Erkan dengan jelas. Namun saat itu juga, Erkan segera mengecup kening Kinta, lalu menahan tangannya agar gadis itu sama sekali tidak mundur.

Kinta masih membuka matanya lebar bahkan sampai Erkan menyebut namanya.

"Kin ...."

Entah angin sedang kencang atau bagaimana, tapi Kinta merasa merinding saat Erkan mengeluarkan suara. Apalagi lelaki itu berucap sangat dekat dengannya.

"Gue harap hari kayak gini terus ada buat kita," jujur Erkan.

Kinta masih diam.

"Jangan cepet berubah ya?" pinta Erkan. "Perasaan lo. Gue harap lo bisa lama sama gue, sampe waktu yang ga terbatas malah."

"Erkan ...." Kinta mulai mencicit seperti hamster. "Mmmm!" gemasnya.

"Iya Erkan, Kinta juga berharap gitu. Ta-tapi ja-jangan sambil cium tiba-tiba!"

Erkan tersenyum lalu mengangkat dagu Kinta agar gadis itu menatap wajahnya.

"Harus izin dulu?" tanya Erkan yang dibalas dengan kata 'iya' yang sangat lantang dari mulut Kinta.

"Yaudah ulang," putus Erkan.

"Kin, gue cium ya?"

Kinta panik. "Ja-jangan!"

"Ya?"

"Nggaaa."

"Ya?" tanya Erkan lagi.

"Nggaaa!"

"Ya?"

Kinta mulai merunduk. "Ya ...," jawabnya pelan.

"Ta-tapi gak bibir, gak le-leher, gak dibagian-bagian terlarang!" peringat gadis itu.

Erkan menatap Kinta dengan tatapannya yang teduh. Ia kemudian memegang pipi Kinta. "Iya, gak akan kok gue juga."

"Gue bakal jaga lo, gue janji gak akan rusak lo."

Kinta tersenyum, lalu menatap Erkan. Kemudian satu tangannya naik sampai di kepala cowok itu. Kinta menepuk-nepuk pelan kepala pacarnya seolah sedang bermain dengan anjing. "Pacar Kinta yang baik ...," pujinya.

Blackcurrant ✔Where stories live. Discover now