33. Tugas sahabat Aksa

Mulai dari awal
                                    

Harus!

***

"Sekarang bisa kamu jelasin, sebenernya ada apa antara kamu sama Dewangga?" tanya gue sama Aksara yang sedang menyeruput es kelapa yang sengaja gue beliin di taman dalam perjalanan pulang sekolah. 

"Aku sebenernya berusaha sekeras mungkin biar enggak ada yang tau soal aku sama Dewa--" ucap Aksara. 

"Emang ada apa sih? Kamu beneran pacaran sama dia?" tanya gue kepo. 

"Iya aku sempet pacaran sama dia, tapi sebenernya sekarang udah engga," ucap Aksara. 

"Terus kenapa dia ngasarin kamu kayak gitu? Kenapa kamu gak lapor ke Bunda Rita atau guru yang lain?" gue sedikit kebingungan dengan apa yang ada dipikiran Aksara. 

"Aku mau-- tapi aku enggak bisa Lanang." 

Kembali, raut wajahnya menyendu begitu saja. Seakan ada hal yang ia ingin sampaikan tapi tidak dapat ia sampaikan. 

"Liat aku Aksa," ucap gue. 

Aksara memandang gue dengan ragu-ragu. "Apa?"

"Aku tau aku enggak setampan Dewa, aku juga enggak sekeren dia, tapi kalo kamu pengen cerita apapun yang kamu gabisa ceritain ke orang lain, kamu bisa cerita sama aku--"

Aksara termenung mendengar ucapan gue yang penuh keyakinan. 

"Aku udah enggak bisa biasa-biasa aja liat kamu Aksara. Jelasin ada apa sebenernya antara kamu sama Dewangga?"

Aksara menghela nafas agak panjang. Dia seperti akan menjelaskan apa yang sebenernya terjadi antara Dewangga dan dirinya. 

"Gini Lanang, sebenernya aku sama Dewangga itu udah kenal lama. Bahkan, sebelum aku masuk SMA ini aku udah kenal dia," ucap Aksara menjelaskan. 

"Terus?"

"Iya karena dia udah kenal aku selama itu, ada beberapa hal yang dia tau soal aku dan orang lain enggak tau--" 

Ingatan gue merujuk pada panggilan Dewangga pada Aksara di toilet yang enggak kepake itu. 

Cacat!

"Aku enggak bisa jelasin ke kamu soal apa yang membuat Dewa bisa semena-mena sama aku. Karena kalo kamu tau, aku yakin kamu juga enggak akan bisa tenang kalo papasan sama Dewa. Aku takut kamu malah di apa-apain sama Dewa dan anak buahnya." 

Mendengar penjelasan Aksara, gue enggak mau memaksakan kehendak gue buat tau apa yang Aksara takutin dari Dewangga. Mungkin emang gue belum sepenting itu buat tau semua masalah yang dialami Aksara. 

"Yaudah kalo kamu gamau bilang sama aku. Jangan sampe kalo nanti aku udah acuh dan enggak bisa nolongin kamu lagi, kamu nyalahin aku ya?" gue sedikit memberi Aksara desakan agar dia bisa menjelaskan apa yang dia coba rahasiain dari gue. 

"Lanang-- kenapa kamu sengotot ini sih pengen tau soal aku? Apa aku sepenting itu buat kamu? Kita kan belum terlalu lama tau juga, kenapa kamu mau masuk ke kehidupan aku yang banyak masalah ini?" Aksara seolah menyiratkan keengganannya untuk membagi rahasia terdalamnya sama gue. 

"Aku enggak perduli soal apapun yang bikin kamu khawatir sama aku. Disini aku yang lagi khawatirin kamu, jadi terima aja kekhawatiran aku ini jangan kamu tolak," ucap gue meyakinkan Aksara yang tampak masih menjaga erat rahasianya itu. 

Aksara melihat ke arah gue dengan senyum malu-malu. Seperti menyiratkan kemanapun Aksara pergi dan coba lari, titik akhirnya selalu mengarah sama gue. 

"Kamu itu mirip kayak angka nol ya Lanang--" 

"Nol?" gue kebingungan. 

"Iya. Angka nol itu emang kosong dan gak ada apa-apa kalo sendiri. Tapi ketika dia berdiri dibelakang angka lain, dia memberi arti untuk angka yang ada di depannya-" ucap Aksara membuat gue malu setengah mati. 

"Sama halnya kamu, sejauh apapun aku coba menjauh dan berada didepan kamu. Kamu selalu ada di belakang aku dan kasih aku arti dan nilai yang kadang aku sendiri enggak sadar--" 

"Aksa--"

"Aku enggak tau harus bersikap gimana sama kamu. Tapi yang jelas, aku enggak bisa lakuin apa-apa sama Dewa karena aku juga butuh dia." 

Ucapan Aksara membuat gue enggak bisa membantah atau menyela ucapan dia. 

"Sebutuh apapun kamu sama dia tetep aja dengan sikap dia yang berlebihan kayak gini aku enggak bisa tinggal diem Aksa--" 

"Emang kamu siapa aku?" Aksara membuat gue terdiam dan malu sama diri gue sendiri. 

Pake nanya gue siapa elu. Gue kan calon pacar elu!

"Aku kan sahabat Aksa." 

Aksara tersenyum. "Ih hahaha kamu bisa aja ih--" 

"Aku serius Aksara, kamu harus kasih tau ada apa antara kamu sama Dewa?" 

Aksara pun seperti mulai percaya dan berusaha berdamai dengan dirinya sendiri dengan mengutarakan apa yang dia simpen selama ini sama gue. 

"Sebenernya aku lagi sakit Lanang--" 

"Sakit? Sakit apa?" gue kaget mendengar jawaban Aksara karena dia tampak baik-baik aja. 

"Aku enggak bisa kasih tau kamu soal penyakit aku. Karena itu aku butuh Dewa buat bertahan hidup." 

Gue semakin kaget dan agak menyesal karena pengen tau apa yang melatar belakangi kerelaan Aksara diperlakukan sedemikian rupa oleh Dewangga. 

"Kamu butuh Dewangga buat bertahan? Kenapa mesti Dewa?" 

"Aku enggak bisa jelasin lebih jauh lagi. Pokoknya aku mohooon banget sama kamu jangan sampe ikut campur atau masuk ke  masalah antara aku sama Dewangga. Oke Lanang?" 

Aksara tampak memohon dengan sangat ke arah gue. Seolah dia gamau gue ganggu atau mencampuri urusan Aksara sama Dewangga. 

"Tapi aku gatahan liat kamu di sakitin kayak gitu Aksa!" gue agak kesal sama Aksara. 

Aksara tersenyum lagi seolah menenangkan kekalutan yang ada di pikiran gue saat itu. "Aksa mohon, jangan lakuin apa-apa ya?"

Gue diem enggak menanggapi permohonan Aksara karena gue tau gue pasti akan ikut campur dan ngebantah semua larangan yang Aksara ucapkan. 

"Aku enggak akan lakuin apa-apa kalo kamu keliatan baik-baik aja di hadapan aku-" 

Aksara tersenyum senang mendengar gue yang dia kira akan menuruti keinginannya.

"Tapi kalo aku liat kamu kayak enggak baik-baik aja, atau kamu disakitin lagi maaf aku enggak akan tinggal diem," ucap gue dengan wajah yang masih dekil.

"Ih! Kok ngeyel banget si Lanang ih!" Aksara kesel sama keras kepalanya gue yang tetep pengen ikut campur masalah dia sama Dewangga. 

"Aku hanya ngejalanin tugas aku Aksara--" 

"Tugas apaa?" Aksara sedikit memiringkan kepalanya sembari menatapku aneh.

"Tugas sebagai sahabat Aksara," jawab gue sembari tersenyum dekil. 

"Emang apa tugas sahabat Aksara?" Aksara terkekeh-kekeh. Sepertinya ia terhibur sama tingkah laku gue. 

"Jagain Aksara." 

***

GIMANA? SUKA SAMA PART INI?

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA SUPAYA AKU SEMAKIN SEMANGAT UP NYA!

I WOLF U ALL!:3

Semester Genap (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang