🦋 24 🦋

25 14 6
                                    

Amanda terjatuh lunglai di ambang pintu rumah Kakek Agus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Amanda terjatuh lunglai di ambang pintu rumah Kakek Agus. Ucapan dari Uni Riyana benar-benar membuat hatinya hancur. Willy, pergi lagi sebelum Amanda sempat mengatakan serta menanyakan banyak hal. Bagas dan Rena khawatir melihat Amanda yang lagi-lagi terbengong.

“Gak apa-apa Amanda, Paman Will bilang dia akan jemput kamu.” Uni Riyana mengatakan itu dengan lembut.

“Bohong! Mana mungkin dia balik lagi!” bentak Amanda.

Uni Riyana kaget dengan bentakan Amanda, lantas mundur beberapa langkah.

“Kenapa dia terus-menerus pergi?! Kalau gak berniat pulang, kenapa dia kembali!” Amanda mengacak rambutnya kesal.

Pagi ini, Amanda berniat untuk berbicara baik-baik dengan Ayahnya. Tetapi semesta tidak ingin hal itu terjadi, Willy sudah kembali lagi ke tempatnya bersama Uda Riyan.

“Mereka pasti kembali lagi, Amanda. Mereka meninggalkan berkas ini,” Uni Riyana menunjukkan dokumen berwarna biru langit.

Amanda menatapnya lesu, pelan mengambil dokumen tersebut, “Dokumen apa ini Uni?”

“Uni gak tahu, mungkin itu dokumen kerja Paman atau Riyan.”

Bagas menatap dokumen tersebut, “Itu sepertinya dokumen penting Amanda, jangan dibuka.”

Amanda berdecih, tidak peduli dengan perkataan Bagas. Yang ingin ia tahu sekarang hanya dimana sebenarnya Ayahnya bekerja dan pekerjaan jenis apa yang dilakukannya.

Dengan kasar, Amanda membuka dokumen tersebut. Amanda mengerutkan dahi membaca judul dokumen itu, Bagas bersungut-sungut maju melihat isi dokumen.

Proyek Flying Water
Proyek Penyangga Air Hujan

“Maksudnya apa, Gas?” tanya Amanda. Meskipun dia bisa membaca, tetapi tulisan dalam dokumen tersebut sukar dimengerti. Bagas mengambil alih dokumen tersebut, memeriksa.

Banyak ekspresi muncul yang bisa Amanda lihat. Bagas sangat serius, “Dokumen apa, Gas?” tanya Amanda.

Bagas menjatuhkan dokumen tersebut, “Gak penting,” ujarnya sedikit ketakutan.

“Kalau gak penting kenapa kayak orang takut gitu?” tanya Rena, dia mengambil dokumennya.

“Gas,” ucap Rena.

Bagas menatap Rena penuh arti.

“Ada apa, Ren? Apa isi dokumen tersebut?”

“Ini dokumen proyek penyangga air hujan, Da.”

Uni Riyana yang memperhatikan ketiganya merebut dokumen tersebut, membacanya sekilas.

“Tunggu dulu, Da. Ini tidak masuk akal,” sangkal Bagas tiba-tiba.

Amanda mengumpat pelan, “Apa yang gak masuk akal, Bagas!”

“Ini dokumen penting suatu proyek ilegal, Da. Di sini tertulis bahwa proyek itu harus selesai dalam jangka waktu satu tahun setengah,” jelas Bagas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Morphos Wounds [Tidak Dilanjutkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang