🦋 5 🦋

49 27 10
                                    

Duduk dengan santai di belakang kemudi mobil ber-AC, Amanda berkali-kali berdecak kagum

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Duduk dengan santai di belakang kemudi mobil ber-AC, Amanda berkali-kali berdecak kagum. Binar matanya tidak bisa ia sembunyikan, belum lagi liur yang hampir menetes sudut bibir.

"Gas, lo beneran anak orang kaya ternyata. Sumpah, gue nyesel waktu SMP nolak lo."

Bagas tersenyum simpul. Di mata Amanda, senyuman tersebut masih sama seperti 12 tahun lalu. Tidak ada yang spesial dari senyuman Bagas.

"Lo pikir, dulu gue pura-pura?" Bagas berkata sambil menatap Amanda lewat kaca spion.

"Gak gitu juga sih, ya kan dulu-dulu lo gak pernah cerita sama gue."

"Siapa yang tiap dideketin langsung minggat dulu? Nyesel kan lo liat perubahan gue sekarang?" Bagas menatap jalanan tenang.

"Biasa aja tuh." Diam sejenak Amanda menatap wallpaper handphonenya.

"Kalau gue terima lo waktu itu, hubungan gue sama Si Tatan bakalan ancur. Gue gak mau hal itu sampe kejadian. Yakali gue selingkuh dari si doi."

Bagas menambah kecepatan mobil, "Tapi lo udah gak punya hubungan apa-apa sama Si Konyol itu sekarang."

"Kata siapa?"

Amanda mengedarkan pandangannya ke luar mobil, sejenak ia merasakan sesak yang teramat. Topik masa lalu terlalu sensitif bagi Amanda. Bagai terkena asma dadakan, Amanda membutuhkan udara bebas. Tangan Amanda tergerak membuka kaca mobil, namun tiba-tiba Amanda terbelalak, kaget melihat remaja yang mirip dengan sosok bermata bulan sabit. Amanda tersenyum, air matanya hampir saja menetes melihat remaja pria tersebut melambaikan tangan padanya.

Amanda menatap Bagas yang santai mengemudi, "Gas, berhenti dulu sebentar," titah Amanda pelan.

Bagas mengerutkan alisnya, menatap Amanda lewat spion belakang, "Mau kencing lo?"

"Bukan, ada someone yang mau gue temuin." Bagas meminggirkan mobilnya, dengan tergesa-gesa Amanda keluar dan langsung menyeberangi jalanan.

Tangan Amanda bergetar, sudah hampir 12 tahun ia tak bertemu sosok remaja ini, lihat dia masih sama seperti dulu.

"Arga .... " Air mata itu lolos membasahi pipi yang merona.

"Kamu kemana saja, Ga? Kenapa kamu pergi ninggalin aku?" Suara Amanda bergetar, luka yang diberikan pria ini sangat dalam. Tidak, barangkali dulu Amanda melakukan kesalahan hingga dia dicampakkan begitu saja.

"Jawab Ga, kenapa dulu kamu ninggalin aku sendiri? Apa aku ngelakuin kesalahan? Apa salahku, Ga?"

Hiks ... Hiks ....

Amanda menunduk, menyembunyikan air matanya yang sudah mengucur deras. Isak tangis mulai terdengar ngilu.

"Gak. Amanda gak nangis. Amanda gak nangis." Amanda menggelengkan kepalanya berkali-kai dibarengi pukulan.

Morphos Wounds [Tidak Dilanjutkan]Where stories live. Discover now