“Pemirsa, kekeringan yang melanda hampir satu tahun terakhir ini sudah berdampak pada beberapa aspek kehidupan. Masyarakat mulai mengkhawatirkan pasokan air yang semakin melangka. Maka dari itu, pemerintah akan memberikan subsidi berupa air bersih kepada 340 desa yang belum menerima bantuan tersebut.”
Amanda menatap layar televisi milik Nenek Wirma dengan lekat. Berita seputar kekeringan yang terjadi membuat Amanda khawatir. Bagaimana jika suhu tidak kunjung menurun?
Nenek Wirma berdeham keras, “kau memikirkan soal krisis ini, Amanda?”
“Iya, Nek. Bagaimana jika suhu terus meningkat? Apakah manusia akan bisa bertahan hidup?” tanya Amanda dengan sabil menompang dagu.
“Kau tenang saja Amanda. Hujan pasti akan segera turun, jangan terlalu cemas karena itu.”
“Argh, Nenek ... bagaimana mungkin Amanda gak cemas? Air itu sumber kehidupan semua mahluk. Jika air tidak ada, bagaimana manusia bisa hidup?”
Kepala Nenek Wirma mengangguk-angguk, membenarkan ucapan Amanda.
“Tapi tenang saja Amanda, firasat nenek mengatakan bahwa tak lama lagi hujan pasti akan turun.”
Amanda menguap setelah melihat Nenek Wirma menguap.
“Firasat Nenek gak selalu salah, Amanda. Lihat saja, hujan pasti akan segera turun. Mau kau percaya atau tidak, itu tidak jadi masalah.”
Hembusan nafas keluar dari mulut Amanda. Semoga saja firasat Nenek Wirma benar, Amanda sudah tidak kuat melihat orang-orang memasang wajah sedih. Mamanya dan Tio juga pasti menderita.
“Kau benar-benar akan pulang?” Nenek Wirma bertanya sambil terkantuk-kantuk.
“BMKG, menghimbau kepada seluruh masyarakat agar menggunakan masker ketika berada di luar rumah. Selain itu, tetap pastikan tubuh mendapatkan cairan yang cukup agar tidak mengalami dehidrasi.” Amanda meringis mendengarkan tayangan berita.
“Ah, iya Nek. Amanda mau pulang.”
“Pesawat atau kapal?” Tanya Nenek Wirma.
“Amanda maunya naik pesawat, biar gak terlalu lama di perjalanan.”
“Perjalanan pulang kau akan sangat lama Amanda. Selain karena jarak yang kau tempuh, pikiran burukmu itu bisa menghambat kepulanganmu.”
“Tidak, Nek. Seperti pepatah, perjalanan pulang akan selalu lebih cepat. Nenek lihat saja, besok Amanda sudah akan tiba di pulau seberang.” Amanda tersenyum simpul. Lagian juga dia pulang tidak akan berjalan kaki, kenapa Nenek Wirma mengatakan perjalanan pulangnya akan lama.
“Amanda ini bukan perjalanan lintas kota, pastilah perjalanannya akan sangat lama. Lagian kau itu, orang lain merantau ke kota. Kau malah memilih tempat ini.” Nenek Wirma menggelengkan kepalanya tidak mengerti.
DU LIEST GERADE
Morphos Wounds [Tidak Dilanjutkan]
ChickLitRank #1 on Crisis [19 Desember 2020] Rank #3 on Crisis [ 1 Januari 2021] ❝𝐒𝐞𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐩𝐞𝐫𝐠𝐢, 𝐭𝐚𝐤 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐩𝐞𝐫𝐧𝐚𝐡 𝐛𝐢𝐬𝐚 𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫-𝐛𝐞𝐧𝐚𝐫 𝐤𝐞𝐦𝐛𝐚𝐥𝐢. 𝐒𝐞𝐬𝐞𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐦𝐞𝐦𝐢𝐥𝐢𝐡 𝐦𝐢�...