Jake menoleh ia mendengar wanita memanggil namanya dan itu adalan mantannya yang ia putuskan karena ia akan menika dengan Justin, wanita itu menangis pelan "Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mengakhiri hubungan kita aku terpaksa" "Kau tega padaku, aku akan membalasmu" rupanya wanita itu sudah bergerak cepat mengambil pisau mentega diatas meja tamu lain hendak menusuknya, Jake membuka matanya itu Justin menahan pisau itu "J-j-justin" "Jika kau melukainya meski hanya setitik aku akan memastikan kau menanmbah jumlah gelandangan dikota ini" beberapa yang menyaksikan ada yang memekik pelan ada yang termangu. "Sudah selesai" Justin bangkit dari duduknya langkahnya terhenti mendengar pertanyaan Jake "Mengapa?" "Kau milikku dan suamiku, aku tidak suka ada yang macam macan dengan milikku" Justin menjawab tanpa menoleh ia masih memunggunginya.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jake tidak terlalu menyukai pesta ia memilih diam dan apa yang ia lihat dari Justin tampak berbeda dengan dirumah ia banyak senyum bahkan tertawa entah Jake menyukainya namun ia iri kepada teman teman Justin karena bisa membuatnya tertawa lepas sedangkan ia Justin sangat kaku dan dingin "Justin, aku mau kekamar mandi" "Ya" singkat tanpa menoleh, Jake bangkit dan barulah Justin menoleh "Kau menyintainya?" Justin menoleh ketemannya "Ya, tapi aku merasa canggung mungkin karena aku ragu dia merasakan hal yang sama denganku" "Kenapa tidak kau tanyakan saja" Justin tidak menyahut.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jake terbangun masih terasa pusing dan mual sejak tadi malam "Jake, masih mual?" Justin yang membawakannya sarapan kali ini dan duduk didekatnya ditempat tidur "Ya sedikit, aku tidak mau" "Dokter sedang dalam perjalanan" "Terima kasih" Justin membantunya duduk bersandar "Makanlah sedikit saja" Jake menggeleng "Tidak mau aku mual" "Ini hanya bubur polos dan teh hangat, aku suap ya?" "Justin, mengapa kau sangat dingin padaku namun kadang kau sangat lembut?" "Maafkan aku" baru beberapa suap Jake menahan tangannya dan terlihat dokter masuk diantar oleh pelayan.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Aku tidak tahu sungguh Justin aku benar benar tidak tahu apapun" "Jake tenang" "Tidak tidak, Justin kau dengar aku benar tidak tahu dan jika kau tidak menginginkannya biar aku mengurusnya sendiri" Justin mencium bibirnya barulah Jake terdiam "Jake ini memang diluar rencana tapi ini darah daging kita, mungkin tuhan mempercayakan kita sebagai orang tua" "Benarkah, aku pikir kau akan memintaku menggugurkannya" "Aku bukan pembunuh Jake memang aku tidak ingin ada anak namun ini sudah mengubah pikiranku" Justin membelai perut datar Jake "Justin aku tidak menyangka kau akan mengatakan hal ini" Justin tersenyum, Jake merasakan dadanya bergemuruh melihat Justin tersenyum.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Jake masuk dan duduk dipangkuan Justin membuat Justin bingung dan menghentikan pekerjaannya "Jake kau tidak apa apa?" Jake hanya mengangguk. Jake masih duduk dipangkuan Justin dengan leher dikelilingi lengan Jake yang masih sibuk menciumi aroma tubuh Justin "Jake itu geli, aku masih harus menyelesaikan file file ini" Jake mengeratkan lengannya dan kakinya yang melingkar dipinggang Justin "Tidak" Justin berpikir mungkin Jake ngidam sehingga ia manja seperti ini "Baiklah baiklah tapi kau membuatku tidak bernafas" "Maaf" Jake sedikit mengendurkan lengannya, Justin memandangi wajah Jake yang merah membuatnya gemas hingga tidak bisa menahan diri untuk tidak menciumi wajah Jake membuatnya tertawa kegelian.