19. Diantara Fitnah dan Ghibah

959 176 20
                                    

Enjoy reading

"Adelisa baik-baik aja?" tanya Migell dan Esam bersamaan ke Bambam yang baru aja keluar dari ruang UKS.

Di depan UKS udah ada Rossel, Jeanni dan Jessa bersama pasangan mereka masing-masing.

Jeanni melirik kearah Taero yang berada disampingnya hanya untuk melihat bahwa meski wajahnya tidak berubah, sorot matanya jelas menampakan kekhawatiran.

"Dia gak apa-apa kan, Bam?" tanya Jaevin nadanya terburu-buru membuat Rossel yang juga ingin menanyakan keadaan temanya mengernyit heran.

"Dia udah agak mendingan, cuma butuh istirahat," jawab Bambam setelah menghela nafas, "Bang Esam?"

"Ya?"

"Lo yang pertama nemuin dia kan?"

Esam mengangguk.

"Lo kira-kira tau siapa yang ngunciin dia di kamar mandi terus rusakin lampunya sampe mati?"

Esam menggeleng, dengan nada hati-hati dia bertanya, "emang kenapa?"

"Nyctophobia, phobia kegelapan," kata Taero sambil memalingkan wajahnya agar orang lain tidak tau perubahan ekspresinya.

Mereka semua terkejut, apalagi Jessa. Mereka bertiga temenan sama Adelisa hampir 2 tahun tapi mereka bahkan gak tau apapun tentang Adelisa. Seketika Jessa ngerasa egois, mereka selalu minta Adelisa dengerin curhatan mereka. Tapi diantara bertiga temanya gak ada yang inisiatif nanya tentang Adelisa.

Seenggaknya Rossel juga mengalami hal yang sama seperti kaya Jessa, berbeda dengan Jeanni yang menatap Taero rumit.

"5 tahun yang lalu dia juga pernah ngalamin hal ini, bahkan jauh lebih parah. Dia secara fisik emang sehat tapi alam bawah sadarnya menolak untuk bangun, itu sampe 5 hari. Sampe sekarang gue gak tau penyebab dia itu karena apa,"

Pada saat ini Migell sadar, Adelisa sebenernya gak sekuat dan gak secuek yang dia kira. Faktanya dia punya sisi lain yang menurut Migell ketika dia coba buat lebih mengenal Adelisa itu menarik. Dan bikin Migell ngerasa pengin jadi orang yang cukup dipercaya gadis itu untuk menumpahkan keluh kesahnya.

Sejak hari itu perlakuan Migell ke Adelisa bener-bener berubah, dia berusaha buat jadi cowo 'baik' menurut Bambam yang sesuai sama tipe ideal Adelisa.

Dia udah mulai jarang godain cewe secara random, mulai serius dalam belajar, usaha buat berangkat pagi terus dan dia juga mulai belajar masak dari Mamanya meski akhirnya gosong. Tapi kata Bambam, Adelisa suka cowo yang bisa masak. Dan terakhir dia suka ngajak Papanya diskusi biar dia bisa dewasa.

Karena perubahanya itu ngebuat Mamanya Migell mengerutkan dahinya bingung, dia penasaran terus nanya, "tumben berangkat pagi."

Migell nyengir, "Migell mau serius belajar, Ma."

"UHUK-UHUK!" Geon tersedak sementara Papanya Migell panik.

"Kamu gak nongkrong di pohon beringin pojok lapangan ujung komplek rumah kita kan, Gell?"

"Emang kenapa, Pa?"

Papanya Migell dengan tangan bergetar bangkit sambil ngeraih lengan isterinya, "M-ma ustadz yang imamin masjid komplek kita kira-kira bisa ruqyah gak ya?"

"Ya mana Mama tau lah,"

Geon yang udahan kesedaknya akhirnya ngomong dengan ekspresi serius, "ini bukan pengalihan isu biar Mama balikin kunci motor abang kan?"

Migell memutar bola matanya jengah.

"Kalian tuh kenapa sih? Yang tua katanya kerasukan, yang paling kecil bilang pengalihan isu," Mama Migell noleh natap anak sulungnya itu, "apa jangan-jangan kamu ikut sekte sesat kaya—"

Teenager LoveDove le storie prendono vita. Scoprilo ora