Alma

288 202 120
                                    

Alma

Itulah namaku. Aku anak dari seorang pejudi. Ayahku seorang pejudi yang katanya akan selalu jadi pejudi. Sedangkan ibuku hanyalah ibu rumah tangga biasa. Sekarang umurku sudah beranjak 7 tahun, Aku hanyalah manusia biasa yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya. Aku selalu menjalankan amanah-amanah dari nabiku, termasuk sholat lima waktuku.

Aku selalu menasehati ayahku untuk sholat bersama dengan ibu, namun mereka sangatlah susah untuk ditanya. Tapi, aku tidak akan menyerah begitu saja. Demi kebaikan dunia dan akhirat kedua orang tuaku, akan kulakukan apa yang Allah rencanakan. Termasuk dari kehidupanku ini. Karna kupercaya "Rencana Allah lebih indah."

Walaupun orang tuaku selalu membuatku menangis di setiap malamku, kuakan bersabar dan terus akan sabar menjalani ini semua. Aku memang selalu iri pada teman-teman yang berbahagia bersama kedua orang tuanya, namun Aku selalu berfikir. Suatu saat nanti pasti akan kudapatkan kebahagiaan dari sosok ayah dan ibuku. Aku harus yakin itu.

Ayahku selalu keluar malam untuk mencari nafkah buat aku dan juga ibuku. Namun, bukan dari yang halal. Aku pernah bertanya pada ustazku apakah aku harus menolak pemberian dari sosok ayahku ini? Lalu ustazku menjawab.

"Haram tetaplah haram," kata ustazku lalu kubertanya lagi, tapi aku harus bagaimana ustaz? Ustazku menjawabnya lagi.

"Jalan satu-satunya kamu sadarkan ayahmu, supaya yang masuk dalam perutmu bukan uang dari yang haram."

Aku mulai berfikir, bagaimana dengan keadaanku yang sekarang ini? Dan lagi-lagi aku berfikir. Kerja! yah aku akan kerja. Pada waktu itu, aku pun mencari pekerjaan dan tak meminta uang dari ayahku lagi sejak mendengarkan kata-kata ustazku.

Ayahku selalu memarahiku jika tak menerima uang darinya, waktu itu aku tak tau harus bagaimana lagi. Karna ibuku tak peduli uang haram maupun tidak, aku memilih untuk mengumpulkan uang pemberian ayahku dan memberikannya pada ibuku saja. Sebenarnya aku juga bingung, karna jika aku memberikannya pada ibuku, lantas ibuku pasti juga akan memakan hasil dari uang haram. Tapi tidak ada jalan lain, Membuang uang juga pasti tidak akan mungkin.

Ibuku selalu sibuk dengan Handphonenya dan bertemu dengan teman-temannya. Hingga jarang untuk pulang ke rumah memasak makan siang dan malam, hanya memasak pagi itu pun jika cepat bangun.

Tak tahan dengan sikap ibuku, aku akan mengintai bagaimana cara memasak nasi dan juga lauk. Disitulah aku mulai pintar memasak dan selalu memasak siang dan malam, supaya ayahku pulang dengan keadaan tersenyum dan tidak membanting kursi lagi jika tak melihat makanan di atas meja makanku.





















Jangan lupa vote dan komentarnya

Author*Alda Maylanda*

ALMAWhere stories live. Discover now