49. Jodoh Nggak Bakal Lari

Start from the beginning
                                    

Leo terlihat buru-buru memasukkan barang-barangnya yang baru kemarin lusa ia beli itu.

"Loh,kok mendadak?" Bukan Karin,melainkan Hava.

"Iya. Masalahnya besar,papa saya tidak bisa nanganin ini sendirian,"

Karin menghembuskan nafasnya. "Hati-hati kalau gitu,"

Leo menghentikan aktivitasnya,lalu menengok kearah Karin. "Kamu nggak apa-apa,Kan?"

Karina menggeleng,lalu tersenyum. "Nggak apa-apa,Mas. Lagian ini juga udah tiga hari Mas nggak kerja. Itu juga kewajiban,Mas,kan?"

Leo tersenyum. Ia merentangkan kedua tangannya,menghadap Karin.

Sedangkan Karin mengernyitkan. dahinya. "Apa Mas?"

Leo berdecak kesal. Ia melangkah menuju Karin,sambil tetap merentangkan tangannya.

Ia lalu memeluk erat Karin. "Tunggu saya,ya!"

Karina membeku.

Apa maksudnya?

Leo melepaskan pelukannya.

"Hava,jaga adik kamu ya. Jangan dijahili terus. Nanti kalau kalian pulang, hati-hati dijalan. Saya saranin pakai kereta aja,lebih aman,"

"Adik." Batin Hava tertampar realita.

Hava tersenyum menampakkan giginya. "Oke mas bro! Siap!"

"Saya duluan ya,keburu sore."

"Hati-hati Mas,Bro! Nanti kalau udah sampai chat ya!"

"Emm,mas?"

"Ya,Karin?"

"Nggak mau naik kereta aja? Biar cepet," tawar Karin.

Leo tersenyum lalu menggeleng. "Nggak usah. Saya nggak apa-apa naik mobil," ujarnya. "oh ya,bilang sama Tante, om,sama mas kamu,saya pulang duluan. Makasih juga,ya Kar."

Karin mencoba tersenyum. "Haha,iya mas. Kayak mau pergi kemana aja sih?"

"Saya duluan ya,Kar,Va."

***

3 Minggu setelah kejadian Leo tiba-tiba meninggalkan Karin begitu saja di Surabaya telah berlalu.

Ya.

Selama itu pun Leo tidak sekalipun menghubungi Karin.

Karin tau Leo sibuk dan ke cafe pun tidak pernah.

Tapi,setidaknya ia mengabarinya walau cuma mengetik namanya di chat.

Kalian tau bagaimana perasaan Karin?

Frustasi sejadi-jadinya

Tapi untung ada Hava yang selalu menghibur dan membujuknya.

Jika tidak,apa yang akan terjadi?

Karina melangkah malas menuju cafe. Hari ini ia bertujuan akan mengundurkan diri dari pekerjaannya tersebut.

Papanya sudah kembali sehat,dan perusahaan sudah dipegang oleh Mas Adam dan sebagian di urus oleh Hava,ya walaupun sebagian kecil.

Perusahaan keluarganya sudah kembali stabil. Dan kurang dari setahun lagi Karina akan wisuda.

Karina berpikir bahwa,apa gunanya dia bekerja sekarang? Uang sudah terpenuhi oleh transferan Mas Adam walau Karin tak memintanya,dan yang paling penting.. tidak ada Leo di kantor.

Rasanya benar-benar hampa.

"Karin? Kok lemes?"

Karin hanya tersenyum kecil menanggapi teguran Eva.

Kebetulan Eva juga yang mengurusi data para pekerja saat Leo tidak ada.

"Ini,Mbak saya mau mengundurkan diri," ujar Karin,lalu menyerahkan Map berwarna coklat yang telah ia isi dokumen pengunduran diri.

Eva mengernyitkan dahinya. "Kamu ngundurin diri? Oh,okelah. Keuangan cafe jadi lebih stabil kalau kamu ngundurin diri," ujarnya,lalu menyimpan dokumen itu ke lokernya.

"Nggak perlu nunggu tanda tangan Pak Leo. Saya aja yang akan menandatangani,biar kamu nggak perlu repot-repot datang kesini lagi."

Karin hanya mengusap dadanya sabar.

"Ibab banget sih tuh orang?" Geram Karin.

Karina lantas keluar menuju parkiran,dan langsung menghubungi Hava,agar segera menjemputnya,karena tadi ia naik ojol untuk sampai kemari.

"Masuk,tuan putri!" ujar Hava malas,dibalik kaca mobilnya itu.

Sedangkan Karin melangkah lesu kedalam mobil Hava.

"Kalau besok gue suruh jemput lo lagi kayak gini,gue nggak bisa. Lo tau sendiri kan,gue sekarang sibuk terus? Jadi,kalau mau chat atau telpon gue,alangkah baiknya lo telfon sekertaris gue dulu,biar dia cek gue lagi sibuk apa nggak,"

Cerocos Hava,yang sebenarnya hanya masuk ke telinga Karin beberapa detik dan keluar dengan sangat cepat.

"Hava,"

"Hmm?"

"Lo beneran sibuk,ya?" tanya Karin lesu.

"Lo tau sendiri kan,Kar? Gue kira perusahaan papa gue cuma sebatas Jawa-Bali doang,eh,ternyata gedenya dari Sabang sampai Merauke." ujar Hava. Ia langsung memijat pelipisnya yang langsung merasa sakit.

"Bersyukur dong Va. Banyak-banyakin sedekah,"

Hava hanya mengangguk.

"Btw,Kar. Mas bro belum ada ngabarin Lo,gitu?"

Karina menghembuskan napas beratnya. "Nggak ada,Va."

"Lo beneran kerja Va? Nggak mau nemenin gue nonton atau jalan gitu? Gue bener-bener kesepian,tau!"

"Mau main ke rumah Lina?" tawar Hava. Tetapi Karin menggeleng.

"Ke rumah mbak gue,mau?"

Karin menggeleng lagi.

Hava menghembuskan nafasnya. Ia sangat pusing.

Pekerjaan di perusahaan sudah sangat membuatnya pusing,ditambah Karin yang sedang mood turun. Kepalanya berasa ingin pecah.

"Udahlah,Kar. Jangan sedih terus. Gue takut nilai lo jeblok. Mendingan Lo mikir skripsi lo entar,"

"Bener juga," ujar Karin.

Hava sesekali menengok ke arah Karin. "Lagian nih,Kar,kalau dia jodoh Lo, gak bakal lari kok orangnya. Tinggal tunggu tanggal mainnya aja,"

***

Ada Typo comment ya 👍

Spam aja guys kalau ada typo😭😭

BTW GUYS,AUTHOR MAU BELAJAR DULU, BIAR NILAINYA BAGUS DAN NGGAK DIMARAHIN NYOKAP👍🙂

Bos Leo Nyebelin! (Selesai)Where stories live. Discover now