49. Jodoh Nggak Bakal Lari

10K 1.2K 91
                                    

Hai guys! Kayaknya author belum bisa update cepet kayak biasa karena super sibuk,nggak tau kapan kelarnya. (Bahkan rambut author dah mulai rontok) wkwkwk

Bentar... Author juga lagi nyiapin beberapa bab,buat langsung di publish. Sekalian end ya kan?

Kapan lagi coba kalau nggak di selesain secepatnya. Yang ada author makin sibuk dan lebih jarang update.

Terimakasih.

***

Tiga hari di Surabaya hampir berlalu. Rencananya besok sore mereka akan kembali pulang. Tentu saja tidak berani berlama-lama,bagaimana dengan pekerjaan Leo dan Karin?

Apa lagi Hava sudah menerima panggilan dari sang ayah agar segera pulang,untuk mengurus perusahaannya.

Mereka bertiga sekarang tengah berada di ruang keluarga rumah Karin. Keadaannya sepi,karena memang papa Karin masih dirawat di rumah sakit.

Mereka bertiga mengalihkan pandangan ke arah ponsel Leo yang berdering keras. Leo langsung mengambilnya.

"Bentar,saya angkat dulu," ujarnya,lalu melangkah keluar rumah.

"Kenapa tuh?" tanya Hava.

Karina hanya mengendikan bahu.

Hava menghembuskan nafasnya. "Lo tau,Kar. Gue belum siap jadi penerus perusahaan papa. Gue masih pengen have fun sebenarnya,"

Karina menggelengkan kepalanya. " Lo itu udah tua. Seharusnya Lo sadar diri. Lo harus cari duit buat anak sama bini Lo nanti,"

"Ya tau,tapi kan--"

"Hidup nggak selamanya cuma dibuat have fun,Mas!" potong Karin. Ia mengubah panggilannya terhadap Hava

Hava ingin tertawa meledek,tapi dia ingat situasi saat ini sedang serius.

"Mendingan gue ngembangin restoran gue di London,daripada nerusin perusahaan papa." ujarnya lagi.

"Terus kalau bukan lo siapa lagi? Mbak lo? Dia udah punya bagian sendiri. Lagian dia juga udah punya suami," terang Karin,untuk mengingatkan Hava.

Hava mengangguk-angguk. "Kar,cariin gue jodoh dong! Besok udah ada kalau bisa,"

Karina membelakkan matanya. "Lo kira nyariin orang jodoh segampang check out barang di keranjang sopi?"

Hava terkekeh. "Kalau gitu..."

Hava menggantungkan ucapannya.

Ia lantas mengangkat sudut bibirnya. "Lo aja yang nikah sama gue. Mau?"

"Astaga Hava,ingat Dahlia!" ujar Karin histeris.

Ia lalu melempar bantal hello Kitty milik abangnya ke arah Hava.

"Aww. Ini bantal kayaknya empuk kok kena mulut gue sakit banget ya?" gerutu Hava sambil mengusap-usap bibirnya.

Karina mencoba untuk tidak menggubris Hava.

"Tapi Kar,itu penawaran menarik. Lo nikah sama gue,dijamin hidup Lo tentram. Lagian kita juga udah kenal dari orok kan?" ucap Hava,memancing obrolan yang tidak Karin sukai itu lagi.

Karina merasa hawa sekiranya panas. Ia geram dengan ucapan Hava tadi.

"Kita saudara. Gue ingetin lagi," ujar Karin datar.

"Yang penting bukan adik kakak kan--"

"Kar, Saya harus kembali duluan. Ada masalah di perusahaan papa saya. Kamu nggak apa-apa kan,kembalinya sama Hava?"

Bos Leo Nyebelin! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang