mencoba

391 66 23
                                    

Edmund terdiam di kamar nya, menatap pemandangan siang hari London yang cukup dingin karena memasuki musim gugur. Tangan nya memutar mutar bolpoin yang sedari tadi ia bawa,padahal entah tidak tahu apa fungsi nya bolpoin itu.

Mungkin membantu menenangkan pikiran –pikir Edmund.

Tapi bukti nya tidak membantu sama sekali. Laki laki remaja itu malah semakin hanyut dalam pikiran kecamuk nya.

Ia masih teringat kejadian kemarin. Dimana di pesta peringatan gedung kementrian. Ia bertemu dengan Thea, mantan kekasihnya? Uh, dia rasa begitu.

"HAH?!" kedua nya berseru, mampu menarik perhatian beberapa tamu disana.

Mrs. Melanie mengerutkan kening nya, namun bibir nya tetap tersenyum lebar.

Thea melirik pada Edmund "T-tapi aku tidak kenal dengan dia" ibu jari nya menunjuk Edmund. Edmund menoleh, sedikit terkejut.

Mrs. Melanie "Ah, kau bercanda"

"Tidak tidak! Benar benar aku tidak mengenal dia, sungguh" sekarang tangan jari Thea di tekuk membentuk 'Peace' yang artinya ia benar benar tidak mengenal Edmund.

Edmund terdiam, jadi benar gadis ini tidak tahu Edmund? Bahkan Lucy?.

Raut wajah Mrs. Melanie mendatar namun segera tersenyum "Baiklah, kau mungkin malu. Aku permisi"

Thea mengangguk, ia menatap kepergian Mrs. Melanie dari hadapan nya kemudian kembali duduk dengan benar menghadap ibu tiri nya dan Mrs. Pevensie sedang berbincang.

Edmund memyenggol lengan Lucy, seakan memberi tanda. Tapi Lucy bilang "Tidak saat ini"

Dan kembali melirik gadis bersurai coklat terang di samping nya yang sedang memainkan jari nya.

"Apa yang di katakan Aslan benar? Thea tidak mengingat tentang narnia, dan kita"

Edmund terkesiap dan langsung melempar kan bolpoin nya pada Lucy. Secara tidak langsung Lucy mengejutkan Edmund dengan bicara tiba tiba di belakang nya.

Lucy mencebik "Apasih?!"

"Kau mengejutkan ku!" sentak Edmund.

"Itu salah mu, melamun di siang hari" kata Lucy berdiri di samping Edmund. Menatap ke luar jendela.

"Iya, sepertinya Aslan benar benar menghapus ingatan nya tentang narnia" ujar Edmund.

"Apa alasan nya ya?"

"Mungkin takut Thea berbicara melantur?"

"Mungkin"

Hening. Lucy melirik Edmund yang terus menatap ke luar jendela dengan ekspresi yang tidak bisa dibaca. Edmund seperti orang depresi cinta.

"Dia akan ingat lagi, Ed. Tapi tidak saat ini" kata Lucy memecah keheningan.

Edmund menghela nafas nya panjang "Aku menyesal mengabaikan nya. Ku kira..."

"Dia mati"

"Tapi dia tidak mati"

"Aku tahu itu, dan aku cukup shock. Aku kira dia akan ingat kita, atau setidaknya secuil tentang narnia. Tapi tidak..."

Lucy paham, rasa nya kehilangan. Ia mengelus pundak kakak nya itu, ia merasakan pundak Edmund sedikit bergetar.

Edmund akan menangis?

Eh?

"Jangan menangis, Ed. Jangan cengeng"

"Siapa juga yang menangis?!" Edmund memalingkan wajahnya.

Narnia : The Voyage and The Dawn TreaderWo Geschichten leben. Entdecke jetzt