09.1. Kebersamaan

2.5K 243 9
                                    

Sejak dua hari yang lalu, hubungan Noah dan Naira semakin membaik. Terlebih saat paginya, ketika sarapan Noah tidak lagi canggung dan sebelum berangkat kerja lelaki itu mengatakan akan mulai bersikap baik pada Naira dan menganggap ia sebagai istri sesungguhnya.

Suasana hati Naira pun semakin membaik karena perubahan Noah. Naira lebih semangat menjalani aktivitas, ia pun turut membantu Lila dan Sharon di dapur.

Hari ini Noah cuti, lelaki itu mengambil cuti sehari karena ingin berbebenah. Barang-barang miliknya yang ada di lantai atas, satu persatu ia pindahkan ke kamar Naira. Sejak dua hari yang lalu, Noah juga memang memutuskan untuk tidur bersama Naira.

Tidak jauh berbeda dengan laki-laki lainnya, Noah mengambil seluruh pakaiannya asal-asalan dari lemari dan memindahkannya ke ranjang Naira.

"Kenapa bisa berantakan seperti ini?" tanya Naira tidak senang.

Gadis itu sedang menunggu Noah memindahkan barang-barang ke kamarnya. Dan tentu saja ia terkejut mendapati pakaian-pakaian Noah di hamburkan begitu saja di ranjangnya.

Noah hanya nyengir. "Aku tadi asal mengambil dari lemari. Lagian nanti kan bisa dilipat lagi," sahutnya tenang.

Naira hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Gadis itu meraih baju-baju Noah yang berantakan dan melipat kembali baju itu dengan rapi.

Selagi Naira melipat bajunya, Noah kembali naik ke lantai atas mengambil barang-barangnya yang tersisa. Tidak banyak, hanya laptop, charger dan ponselnya saja.

"Sudah semua?" tanya Naira seraya melirik barang bawaan Noah.

"Sudah." Noah membalas. Lelaki itu menatap laptop dan beberapa barang di atas meja dekat jendela. Meja yang akan ia gunakan untuk kerja.

Memperhatikan sekitar, Noah tidak salah lagi. Kamar ini untungnya cukup luas untuk mereka berdua. Hanya perlu beberapa hal saja yang di singkirkan. Seperti sofa panjang di dekat rak buku, itu tidak perlu. Hanya memenuhi ruangan saja, lebih baik disingkirkan.

"Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanya Naira polos.

Noah menoleh, tampak berpikir sejenak. Ia pun sebetulnya tidak tahu harus berbuat apa bersama Naira. Kecanggungan pun menyelimuti mereka berdua.

"Bagaimana membahas tentang kesukaan?" usul Noah.

Naira mengangguk mengiyakan. "Boleh."

"Apa makanan yang kamu sukai?" tanya Noah.

"Aku tidak pilih-pilih makanan, selagi itu bukan makanan aneh-aneh akan aku makan. Bagaimana denganmu?"

"Aku suka spaghetti buatan Mama dan juga lasagna," jawab Noah.

"Genre film?" Giliran Naira yang bertanya.

"Aku suka semua genre, asalkan seru akan ku tonton."

Naira memangut-mangut paham. "Kalau aku hanya tidak menyukai horor tapi lebih suka ke fantasi."

"Fantasi seperti apa?"

"Vampire, werewolf, fairy, penyihir. Apapun yang berbau fantasi aku suka,", jawab Naira dengan senyum lebar.

"Bagaimana dengan tipe lelaki idealmu?" tanya Noah. Sejujurnya ia agak ragu menanyakan hal ini, tapi ia merasa tidak salah juga jika bertanya tentang hal ini.

Naira tampak berpikir. "Aku suka lelaki yang baik," gumamnya.

Alis sebelah kanan Noah terangkat naik, tak menyangka Naira menjawab sesimpel itu. "Hanya itu? Tidak ada yang spesifik? Entah itu tampan, kaya, tinggi sekian-sekian atau apapun itu?"

With You [Sequel Ex Husband]Место, где живут истории. Откройте их для себя