28. Pesta ulang tahun

Comenzar desde el principio
                                    

"Angkasa!" panggil Rainne.

Tidak ada sahutan dari Angkasa. Cowok itu enggan menatap padanya. Namun, Rainne tidak tinggal diam. Gadis itu tetap berusaha keras untuk mendapatkan perhatian Angkasa.

"Angkasa malam ini aku cantik enggak?" tanya Rainne sambil mencondongkan wajanya tepat di depan Angkasa.

Lelaki itu hanya melirik sekilas. Tidak menjawab. Rainne yang tidak pantang menyerah sebelum mendapatkan sahutan terus-terusan merongrong Angkasa dengan pertanyaan serupa.

"Angkasa ih!"

"Iya, cantik. Berisik."

Tidak perlu dijelaskan lagi level senang Rainne ada di tingkat berapa sekarang. Ia sampai tidak bisa menahan senyum lebarnya, bahkan sampai berjingkrak-jingkrak kesenengan. Angkasa sampai harus meliriknya tajam dulu baru gadis itu berhenti bertingkah berlebihan dan membuatnya malu.

Tanpa Rainne dan Angkasa sadari, tokoh utama dari pesta malam ini sedari tadi terus menatap kearah mereka dengan tidak suka. Saat Rainne terpisah dengan Angkasa, barulah Fanya beranjak dari tempatnya dan melangkah menghampiri sosok kakak tirinya yang saat ini sedang berbicara dengan teman sekelasnya yang merupakan anggota cheers.

Saat Rainne benar-benar sendiri, Fanya mendekat dan berdiri di samping gadis itu dengan ekspresi wajah dingin.

"Lo ngapain di sini? Caper sama tamu-tamu gue?" ujar Fanya dengan sangat pelan tapi dengan jelas didengar oleh Rainne.

Menoleh, gadis itu menatap Fanya sesaat dengan ekspresi yang sulit dibaca. Namun, tidak bertahan lama karena detik berikutnya Rainne malah tersenyum.

"Happy birthday," ucapnya singkat masih dengan senyumnya.

"Ucapan lo dan kehadiran lo sekarang bukan hal yang gue harepin."

"Ok deh."

"Malah lebih baik lo enggak usah belagak sok baik sama gue."

Rainne hanya mengerutkan alisnya sok heran.

"Sopan kah begitu?" tanyanya dengan nada sedikit meledek.

Wajah Fanya terlihat tidak bersahabat, apalagi saat cewek itu menyungingkan senyum tipis yang malah makin terlihat sinis. Ia meraih gelas minuman dan menuangkan cairan berwarna merah itu pada gaun Rainne yang berwarna putih.

"Sopan, kok. Lo emang pantesnya diginin," ujarnya pelan sambil senyum.

Rainne mengepalkan tangan, mengigit bibir bagian dalamnya menahan kesal. Ia harus tetap sabar dan berusaha menenangkan pikirannya. Ia tidak boleh meladeni Fanya saat ini.

"Lo sengaja kayak gini biar gue ngamuk terus nantinya lo playing victim gitu ya? Asli gangguan banget otak lo, mau caper sama siapa sih lo sebenernya? Angkasa?" kata Rainne setenang mungkin. Ia langsung berbalik badan dan berniat masuk ke rumah untuk langsung berganti pakaian.

Akan tetapi, Fanya yang seprtinya belum puas mengusik Rainne tidak membiarkannya pergi begitu saja. Gadis itu mengikutinya di belakang, dengan tiba-tiba menarik lengan Rainne sangat keras bahkan kuku gadis itu menancap di kulitnya dan meninggalkan luka.

"Lo apaan sih?!" sentak Rainne refleks seraya menarik lengannya kasar.

Sungguh, yang ia lakukan hanya menarik lengannya saja. Namun, yang terjadi berikutnya diluar dugaan Rainne. Posisi mereka yang memang tepat di pinggir kolam renang rupanya menjadi malapetaka untuk Rainne. Sebab Fanya tiba-tiba saja menjerit dan menjatuhkan dirinya ke kolam yang penuh dengan balom berwarna-warni itu seolah-oleh didorong olehnya.

Tentu saja jeritan Fanya dan bunyi orang jatuh ke dalam air itu langsung menjadi pusat perhatian seluruh orang yang ada di pesta saat ini. Dalam sekejap, pestanya berubah menjadi kacau dan rusuh.

Dear AnonymousDonde viven las historias. Descúbrelo ahora