Special Part II : Siswa paling berbudaya

Start from the beginning
                                    

Tidak ada yang bisa menyebutkan nama-nama keraton di Indonesia secepat aku.

Dan tidak ada yang bisa menjelaskan sejarah-sejarah kerajaan yang ada di Indonesia secakap dan selancar aku.

Enggak di ragukan lagi. Aku adalah siswa paling berbudaya.

***

Ketika pertama kali melakukan perkenalan, Mataram sudah membuatku jatuh hati. Namanya yang seperti nama kerajaan favoritku, sorot matanya yang setajam keris dan bibirnya yang seindah tari jaipong, membuatku ingin menjadikan dia pacar yang berbudaya.

Rambut hitamnya yang panjang sangat indah. Terkadang dia mengikat rambutnya kebelakang, sehingga kecantikan semakin estetik.

Aku menghampirinya pertama kali di lapangan bola basket. Ketika pertama kali kelas melaksanakan kelas olah raga.

Mataram dengan rambut yang ia ikat panjang ke belakang membuat aku tidak bisa berhenti melihat dia. Mataram juga melihat ke arahku sesekali.

Dengan pandangan jijik.

Aku wis tak kedip-kedipin mataku supaya dia tahu aku sedang menandainya.

Lalu kemudian, Mataram berjalan menghampiri aku. Wajahnya tampak gusar dan marah.

"Lo ngapain liat gue mulu?" Mataram tampak kesal dengan caraku memandang dia.

"Aku lagi mengamati," ucapku perlahan.

"Gausah ngeles lu! Gue gasuka ya diliatin gitu. Gue bukan bahan tontonan mata lu yang banyak beleknya!" Mataram selalu punya hinaan untuk setiap orang yang ia temui.

Aku mengusap mata kanan dan kiriku. Karena emang bener mataku ada beleknya.

"Najis!" Mataram bergegas pergi menjauhiku lagi.

Wis pasti aku kecewa. Tapi semakin aku dihina semakin aku jatuh cinta. Jatuh yang terlalu dalam untuk seorang perempuan galak dan berkosa-kata liar bernama Mataram. 

Aku tidak bisa bertindak lebih jauh selain hanya memandangi Mataram dari kejauhan. Mengagumi dalam diam adalah quotes yang sangat cocok untuk kisah asmaraku yang begini-begini saja. 

***

Aku tidak pernah marah atau sakit hati dengan semua umpatan yang Mataram ucapkan. Mungkin dengan umpatan-umpatan itulah Mataram menunjukkan kedekatannya dengan orang lain. Mungkin memang seperti itulah Mataram adanya. 

Kalian ingin tau kenapa aku bisa suka dengan Mataram?

Enggak kepengen tau? 

Untuk yang ingin tahu alasan aku menyukai Mataram adalah karena dia adalah sosok yang lembut dan perhatian akan sekelilingnya. Wis hatiku tak kecantol karena Mataram endak pernah menganggap rendah kedudukan orang lain. 

Ketika Masa Orientasi Siswa beberapa bulan yang lalu, aku mengalami sedikit kesulitan dengan salah satu barang yang mesti dibawa kesekolah. 

Aku bener-bener keblinger saat itu karena endak ada satupun orang yang aku kenal di sekolah ini. Setiap orang yang kuajak bicara selalu merasa aneh karena logat Jawaku. Maklum, aku adalah siswa yang sering berpindah-pindah karena orang tuaku yang juga sering berpindah-pindah layaknya ikan salmon.

Saat itu aku memerlukan sebuah roti. Kalian mungkin pernah mengalami Masa Orientasi Siswa bukan? Biasanya kakak kelas yang menjadi panitia MOS sering menyuruh kita membawa beberapa benda yang mereka rinci dalam bentuk teka-teki.

"Roti bidadari" adalah barang yang tak kunjung aku temukan. Aku tidak tahu apa yang mesti kubeli. Iki opo rek? Roti bidadari iki opo?

Aku ingat betul saat itu, di depan gerbang sekolah, aku bulak-balik mencari roti apa yang melambangkan bidadari. Aku betul-betul tak karuan. Kalian pasti berpikir kenapa Lanang tidak ada ketika aku kesulitan? 

Jawabannya tidak. Karena Lanang berada di kelas yang berbeda denganku saat itu. Untuk bertemu pun kami sulit karena ada beberapa peraturan yang dibuat oleh panitia MOS. 

Saat kepalaku pening dengan barang yang tak kunjung ku temukan, disanalah takdir mempertemukanku dengan Mataram. 

Perempuan yang selalu mengeluarkan umpatan itu berjalan dari sebrang jalan dengan gayanya yang kelaki-lakian. 

Ditangannya ia membawa sekantung kresek barang yang mesti ia kumpulkan pada kakak kelasnya. Aku yang masih mencoba mencari tahu pada orang-orang terus menanyakan tentang roti bidadari ini pada pedagang, orang yang lewat dan siapapun yang mungkin bisa bicara. 

Semua endak tau. 

Ketika aku bolak-balik menanyai setiap orang aku melihat seorang perempuan dengan rambut panjang yang ia biarkan terurai sedang membeli sebuah es kelapa muda. 

Ia tampak sukar untuk didekati dan terlalu berbahaya untuk diajak berbicara. 

Yap, disanalah pertama kali aku melihat Mataram. 

Perempuan yang sedang memesan es kelapa muda itu sesekali melirik ke sekitarnya. Seolah-olah dia tau jika ada orang yang sedang memperhatikannya. 

Aku pun wis mendekat ke arah Mataram. 

"Tau endak roti bidadari belinya dimana? Aku belum dapet roti itu, mas nya tau endak?" tanyaku pada tukang es kelapa muda itu. 

Mas penjual kelapa muda itu menggeleng tak tahu. Akupun berlalu untuk mencari seseorang yang tau. 

Lalu sebuah tangan menarik tas ku dari belakang. 

"Bawa ini." 

Sebuah roti bermerk "Sari Dewi" diulurkan kepadaku. Ya, orang yang mengulurkannya adalah Mataram. 

"Iki opo?" ucapku terkejut. 

"Roti bidadari-- ini sari dewi," ucap perempuan yang sedang meminum es kelapa muda itu datar. Ia pun berlalu tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi. 

Semenjak saat itu, aku wis pancen karo diriku sendiri, yen aku mesti jadi pacar dia. Sampai akhirnya kegiatan nembak Mataram sudah ada di setiap jadwal pelajaranku. 


***

AKU TIDAK BERPIKIR INI BAGUS TAPI AKU PENGEN AJA NYERITAIN SOAL NGATNO HAHAHAHA

CHAPTER SELANJUTNYA KITA KEMBALI CHAPTER UTAMA YA!

SELAMAT MEMBACA DAN TETAP #sayangLanang !

Semester Genap (Tamat)Where stories live. Discover now