Part 1: How They Meet

44.7K 1.7K 73
                                    

Part 1

How They Meet

*****

Sinar mentari berhasil memasuki kamar seseorang dari celah-celah dinding maupun jendela. Merasa tidurnya cukup, seorang laki-laki membuka mata perlahan. Menguap kecil lalu meregangkan tubuh, laki-laki bermata hijau gelap tersebut beranjak dari ranjang kecilnya kemudian menuju jendela untuk membukanya. Angin sepoi-sepoi seolah mengucapkan selamat pagi padanya dan dia pun tersenyum tipis.

Setengah jam dihabiskan laki-laki itu untuk berbenah diri kemudian turun untuk sarapan seadanya bersama keluarga kecilnya.

"Ohayou*, Aya-chan*," sapa seorang perempuan di meja makan.

"Ohayou, Nee-san*. Tolong jangan panggil seperti itu. Terdengar seperti perempuan," ujar laki-laki itu lalu duduk di seberang perempuan tersebut.

Kakaknya terkekeh, "Tapi kau memang manis, kan?"

Dia itu mencibir lalu mengoleskan roti miliknya dengan selai kacang, "Oh, ya, Nee-san. Aku pulang sekolah akan langsung bekerja. Jam kerjaku dimajukan," ujar Aya-chan.

"Good morning, Sweetie, Ayashi," sapa seorang pria duduk di samping perempuan itu setelah mengacak-acak rambut Aya-chan.

"Good morning, Johan-nii*," balas Aya-chan tersenyum tipis.

Semua anggota keluarga itu segera sarapan bersama. Tidak mewah memang, tapi sudah cukup membuat perut Konosuke Ayashi kenyang.

Walaupun tanpa kedua orang tuannya, Konosuke Ayashi bahagia bisa hidup bersama kakak tercintanya, Shizuka Woods, serta kakak iparnya, Johan Woods. Kedua orang itu sudah Ayashi anggap sebagai pengganti orang tuanya sendiri dan tak heran jika Shizuka ataupun Johan memperlakukannya dengan manja bagaikan anak sendiri.

Ayashi bukanlah anak dari orang kaya apalagi anak pejabat. Hidupnya serba bercukupan dan terkadang juga mengalami kekurangan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Ayashi bersekolah di Florenssco High School, sekolah elit di kotanya. Tentu saja Ayashi bisa memasuki FHS dengan modal IQ yang tinggi, namun latar belakangnya selalu menjadi bahan ejekkan para siswa kaya dan bergaya.

Baru saja hendak melangkahkan kaki ke halaman depan sekolah, Ayashi dicegat lima laki-laki bertubuh besar dan tinggi. Salah satunya berwajah tampan namun terkesan mengerikan di mata Ayashi.

"Hei, anak beasiswa! Bukankah aku menyuruhmu untuk tidak lagi menginjakkan kaki di sekolah ini?" tanya laki-laki itu.

Ayashi diam, sudah bosan ditanyai hal seperti itu. Pada akhirnya, jika Ayashi menjawab pertanyaan orang itu, dia ditindas. Dan jika dia menghiraukannya, penindasan pasti tak pernah terlewatkan. Semua serba salah.

Seperti sekarang ini.

Kini sebagian tubuh Ayashi di tempat sampah -- bokong didalam dan kaki menjulur keluar. Ayashi mencoba bangun dan alhasil dia terjembab kebelakang, membuat kepalanya menghantam lantai porslein. Ayashi perlahan bangun sambil merintih memegangi kepalanya. Dia mendengus ketika melihat sampah berserakan karena ulahnya. Mau tak mau Ayashi harus membersihkannya-seorang diri.

Bel berdering begitu Ayashi membereskan sampah-sampah yang menjijikkan itu. Dia kemudian menuju toilet untuk mencuci tangan dan berusaha menghilangkan noda di seragam cokelatnya.

Ayashi menatap pantulan diri di cermin. Wajahnya manis dengan rona di kedua pipi, mata hijau gelap yang menenangkan, rambut kuning terang, serta kulit putih pucat yang halus. Benar kata sang kakak, Ayashi terlihat manis seperti perempuan. Hanya saja potongan rambut yang pendek membuatnya -- sedikit -- terlihat seperti anak laki-laki.

Everlasting LoveWhere stories live. Discover now