7. Tanda Bahaya

8.6K 771 24
                                    

"IYA masalahnya udah selesai kok. Mereka baik-baik aja sekarang. Oh iya, tenang aja launching hari ini bakal jalan aman, tenang aja ya semuanya."

Sammy udah mondar-mandir depan mata gue berkali-kali sampai bikin gue pusing ngeliatinnya. Entah telepon ke berapa dan dari siapa hari ini, tapi yang pasti gue tahu yang jadi pembahasan mereka adalah waktu gue berantem sama Pingkan di minggu kemarin. Untunglah Pingkan nggak bohong kalau nggak akan memperpanjang masalah ini ke kantor polisi jadi gue masih bisa tenang dan nggak bikin Agency merugi.

Sammy mematikan telepon beberapa detik kemudian lalu mengempaskan bokongnya yang gede ke sofa di samping tempat duduk gue. Kita berdua—dan sebenarnya beberapa orang lagi yang nggak gue kenal akrab—sedang di backstage salah satu Mall yang hari ini jadi tempat diadakannya launching Moubou.

Dari pagi semua udah pada sibuk sama kerjaan masing-masing dan Sammy jadi punya kerjaan ekstra sebagai tukang klarifikasi masalah lewat telepon. Kasihan juga nih banci, dia emang jadi orang paling stress kalau gue kena kasus. Sebagai bentuk apresiasi atas kerjanya, gue tersenyum manis sambil ngangkat jempol. Sammy sok nggak peduli. Mukanya masih judes. Halah, nanti juga gue traktir makan di Sushi Tei dia seneng lagi.

"Jangan gitu dong," Suara gue dibuat selembut mungkin. "Gue janji ini yang terakhir. Serius."

Sammy menggeleng dengan tangan terlipat di dada. "Lo kayaknya harus coba konsul ke terapis atau apapun itu karena anger management lo parah banget!"

Sammy mulai menyebutkan satu per satu dosa-dosa kelam gue a.k.a kasus berantem sama orang yang selama ini bikin dia menderita. Sebenarnya ngeri juga kalau di pikir-pikir. Tapi ada secercah rasa kagum sih yang bikin gue sedikit berbangga. Entah darimana gue bisa punya kekuatan buat mukul orang dan sampai sekarang nggak pernah sekalipun masuk rumah sakit karena babak belur. Paling lecet-lecet dikit.

"Gue tuh Cuma perlu di sayang, Sam. Kalo orang memperlakukan gue dengan baik, gue juga bakal baikin kok. Kalau sampai gue melayangkan pukulan ke mereka, ya berarti mereka nya aja yang keterlaluan."

Sammy tetap nggak peduli sama alasan gue barusan. Tapi sebelum dia sempat membalas kalimat gue, mukanya langsung berubah ceria. Dia lekas berdiri begitupun gue, menyambut orang-orang Brand yang datang.

"Halo Bianca. Sehat kan?" Wira, si perwakilan Moubou yang ngurusin semua launching ini tersenyum senang.

Gue membalas senyumnya. "Baik-baik. Tenang aja."

Dia basa-basi sedikit sebelum pembicaraan diambil alih sama pihak event. Mereka mulai mengarahkan gue sesuai rundown acara. Sesuai arahan 30 menit lagi gue bakal naik panggung. Buat ngobrol-ngobrol tentang produk baru sekalian bikin kuis ala-ala buat pengunjung yang datang. Setelah arahan-arahan itu selesai, gue sempetin kirim WhatsApp ke Bang Jordan, mengingatkan dia supaya dia nggak lupa datang.

Calon suami Masa Depan
Oke, udah di jalan nih. Semangat yah buat hari ini :)

Duh, ya Tuhan, gue rasanya meleleh padahal cuma di kasih semangat. By the way bagus kan nama kontaknya di hp gue? Hahaha.

"Kalau Jordan datang tolong dibaik-baikin ya." Pesan gue pada Sammy.

"Ya harus. Dia kan penjinak elo yang beringas ini."

"Hish," Sammy ketawa sambil mukul gue. Pasti karena ekspresi menggelikan di wajah gue. Antara sebel sama kalimatnya, dan seneng karena bentar lagi mau ketemu Jordan.

***

"Terima kasih ya semuanya, hari ini launching kita sukses. Semua berkat kerjasama orang-orang." Suara Wira kedengaran begitu semangat padahal beberapa menit lalu mukanya kelihatan kusut kelelahan. Pasti karena semua udah selesai makanya dia kelihatan udah lebih baik sekarang.

Sweet Escape [SELESAI]Where stories live. Discover now