31. The Nasution's

10K 891 18
                                    

HARI penghakiman—maksud gue hari bertemu keluarga besar Gideon akhirnya tiba juga

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


HARI penghakiman—maksud gue hari bertemu keluarga besar Gideon akhirnya tiba juga. Kegugupan yang sudah menyerang gue sejak berminggu-minggu sebelumnya seolah memuncak hari ini. Ban mobil Gideon yang berdecit memasuki halaman rumahnya terdengar bagaikan alarm bencana di telinga gue.

Gue memoleskan lipstik di bibir juga mematut diri sekali lagi sebelum benar-benar turun. Prinsip hari ini adalah wajib cantik dan manis dalam segala keadaan, sekalipun nanti kemungkinannya gue akan jadi bahan gunjingan keluarga besar Gideon.

“Gimana?” gue meminta Gideon menilai dulu.

Gideon mengangguk, “Cantik. Yuk.”

Dalam sekali helaan napas, gue mendorong pintu mobil lalu benar-benar turun.

Rumah Gideon nampak persis seperti tayangan di Youtube—yang gue tonton dua hari lalu—dari kanal desain properti yang cukup hitz di TV. Megah nan mewah. Hanya ada beberapa sisi yang berbeda dari tayangan tersebut—sepertinya sudah direnovasi, yakni kolam ikan yang terlihat lebih besar, lampu taman yang lebih beragam dan lebih banyak mobil mewah yang berjejer di carport—sepertinya milik sanak saudaranya yang datang.

Gue menggenggam erat tangan Gideon sewaktu berjalan masuk. Tante Lily menyambut kami lebih dulu. Beliau nampak berkali-kali lipat lebih elegan dan mewah dari kali pertama kami bertemu.

“Akhirnya kamu berani juga datang ke sini,” ujarnya dengan secuil senyum yang irit. Padahal bibir gue melengkung lebar dari ujung ke ujung.

“Iya, Tante. Saya senang kok bisa diundang ke sini.”

Tante Lily mengangguk kecil, ia beralih pada anaknya yang berdiri di samping gue. senyum Tante Lily nampak lebih ikhlas saat ia berpelukan dengan Gideon. Oke sih, jelas dia lebih senang ketemu anaknya. Gue nggak perlu kecewa atas kontrasnya sikap dia ke gue.

Setelah ibu anak ini puas bercipika-cipiki ria, kami bertiga lalu masuk bersama. Begitu pintu rumah terbuka, seisi ruangan sontak memperhatikan kami bertiga, atau lebih tepatnya gue. Entah ada berapa banyak orang yang hadir di sini, tapi yang jelas semuanya terasa asing dan baru. Ini bahkan lebih menegangkan daripada runaway pertama gue sebagai model.

Sepanjang jalan gue bisa merasakan tatapan orang-orang menusuk sampai ke punggung. Meski begitu, gue nggak terlihat panik atau canggung. Kemampuan akting di saat-saat begini benar-benar harus dikeluarkan.

“Bianca!”

Gia dengan wajah cerah menghampiri gue. Gue baru bisa bernapas lega saat bertemu dengannya. Kami berpelukan berbagi tawa bersama hingga gue merasa lebih nyaman.

“Udah lama nggak ketemu, kamu makin cantik aja,” puji Gia.

Gue tertawa halus, “Iya lagi sibuk syuting ni Kak. Kak Gia juga makin cakep aja setelah hamil.”

Gia melebarkan matanya sesaat. Dia seperti akan bertanya dari siapa gue tahu, namun sebelum pertanyaan itu benar-benar terlontar dari mulutnya, dia sudah menemukan jawabannya lebih dulu. Gia lalu memukul punggung Gideon.

Sweet Escape [SELESAI]Onde histórias criam vida. Descubra agora