Cedric tidak menjawab untuk beberapa saat karena sibuk mengelilingi toko bunga milik Tavisha. Setelah puas, barulah ia berjalan mendekati wanita itu dan menjawab, "Mengunjungimu."

"Kau tidak ada kerjaan ya ? Kenapa suka sekali menggangguku ?" balas Tavisha dengan wajah kesalnya. Ia lalu beralih kembali pada meja di pojok ruangan yang kini sudah dipenuhi dengan beberapa buket bunga rangkaiannya. Lalu, karena tidak ingin berinteraksi dengan Cedric, Tavisha pun kembali sibuk dengan kegiatan merangkainya.

Masih dengan posisi berdirinya, Cedric memperhatikan Tavisha dalam diam. Entah apa yang berada di pikiran pria rupawan itu, tapi yang jelas pandangan yang diberikannya bukanlah pandangan biasa.

Setelah beberapa saat, barulah Cedric bergerak mendekati Tavisha. Ia lalu mendudukkan diri di kursi yang berada di hadapan wanita itu. Tidak ingin mengganggu, Cedric malah menjulurkan tangannya untuk meraih beberapa tangkai bunga. Ia memperhatikan sejenak cara Tavisha merangkai bunga sebelum akhirnya bereksperimen.

Cedric yang serius dan tidak bersuara diam-diam menarik perhatian Tavisha. Sesekali ia melempar pandang untuk melihat bagaimana Cedric merangkai bunga. Ada sebersit rasa geli yang muncul dalam diri Tavisha karena pria yang begitu maskulin di depannya kini sedang berinteraksi dengan bunga yang sifatnya feminim.

Lama kemudian barulah Cedric selesai dengan rangkaian bunganya. Ia memperhatikan hasil karyanya dengan seksama sebelum mengangguk-angguk puas. Setelahnya, Cedric mengangsurkan buketnya kepada Tavisha. "Berapa nilai yang akan kau berikan untuk hasil karyaku ini ?"

Tavisha menghentikan gerak tangannya lalu beralih menatap buket Cedric sebelum meraihnya. Wanita itu memperhatikan buket di pegangannya. Tavisha kemudian beralih memandang Cedric sebelum berkata, "Not bad. Tapi, aku sarankan jangan menjualnya."

Cedric mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengaitkan jari-jarinya dengan pandangan menyipit. "Jadi, sebenarnya kau ini hendak mencomooh atau memuji hasil kerjaku ?"

"Entahlah." Tavisha lalu mengulurkan kembali buket Cedric kepada sang pembuat. Namun, Cedric langsung menggeleng. "Buatmu. Aku membuatnya untukmu."

"Buat apa ? Aku bisa membuatnya sendiri."

"Aku tahu. Tapi kau pasti belum pernah kan, mendapatkan bunga hasil rangkaian dari yang memberikanmu bunga ?"

Sial, Cedric benar. Karena biasanya, jika ia mendapatkan bunga pastilah bunga itu dibeli bukan dibuat. Tavisha memutuskan untuk diam dengan tangan yang sibuk bermain dengan bunga-bunganya.

"Sebagai ucapan terima kasihmu untuk bunga pemberianku, bagaimana kalau kita makan malam bersama ? Aku tidak tahu restoran mana yang masakannya enak di sini." ujar Cedric santai sembari berdiri. Mendengar ucapan Cedric yang begitu membuat Tavisha melongo. "Aku akan mengembalikan bungamu kalau begitu."

Cedric langsung bergerak sigap, mencegah gerakan Tavisha yang hendak menyodorkan buket bunga yang dibuatnya tadi. "Tidak perlu. Tidak baik kan kalau mengembalikan barang yang sudah diberikan ?" Cedric malah membereskan beberapa bunga yang nampak berserakan di meja lalu ia menarik tangan Tavisha untuk berdiri dam menariknya. "Nah, pekerjaanmu sudah selesai. Ayo, kita makan malam."

Benar-benar tidak terduga dan hal itu membuat Tavisha hanya mampu terdiam karena otaknya sedang sibuk memahami apa yang sedang terjadi.

..........

"Sebenarnya, tujuanmu kemari itu apa ?" tanya Tavisha setelah mereka selesai dengan makan malam.

"Kalau aku bilang aku kemari hanya untuk menemuimu, apa kau percaya ?" balas Cedric dengan sebelah tangan yang meyangga wajah. Tavisha malah memberikan tatapan curiganya. "Tentu saja tidak. Sudahlah, tidak usah kau jawab. Aku malas mendengar jawabanmu yang tidak pernah serius."

Once Upon A TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang