Part 29.

27.3K 2.6K 722
                                    

Hari-hari berlalu dan sudah hampir seminggu Win berada di ruang ICU, kondisinya terus naik turun membuat Bright sangat ketakutan jika Win tidak bisa di selamatkan, berbagai doa ia panjatkan untuk kesembuhan Win. Kini kekasihnya itu sudah membaik dari sebelum-sebelumnya dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan VVIP sesuai yang Bright pinta kepada pihak rumah sakit.

Pagi-pagi sekali Bright telah tiba di rumah sakit untuk mengunjungi Win di ruangannya, keadaan rumah sakit masih terlihat sepi pengunjung dan hanya ada beberapa pekerja disini. Bright melangkahkan kakinya menuju ruangan Win, ia tidak sabar untuk melihat prianya walaupun Win belum sadarkan diri. Seulas senyum di bibir Bright terpatri saat memasuki ruangan Win, pria bergigi kelinci itu sudah tidak memakai alat-alat penunjang kehidupan seperti di ICU dan hanya tersisa infus.

Bright pun mendekat ke arah sosok yang terbaring di brankarnya itu, ia menarik kursi dan duduk di samping brankar Win. Senyum di bibir Bright masih terpatri, ia menggenggam jari jemari Win dan menatap wajah Win, sekarang luka goresan di wajah indah itu kian memudar.

"Kapan kau akan bangun? Aku merindukanmu" Monolog Bright.

Tidak ada jawaban dari Win, hanya napas teratur dari pria itu. Tanpa bosan, Bright menatap wajah kekasihnya itu hingga ponselnya berdering. Dengan segera Bright merogoh saku celananya dan mengambil benda pipih itu lalu menerima panggilan dari Blue.

"Boss, Bass mengamuk dan Luke kehilangan banyak darah" Ucap Blue pertama kali saat Bright baru saja menerima panggilan dari pria itu.

Bright menghela napasnya, "Kau ikat saja si Bass dan Luke kau obati, suruh anak buah kita yang dokter mengobatinya. Jangan sampai dia mati tanpa di tanganku"

"Baik Boss"

Setelah itu panggilan diputus sepihak oleh Blue dan Bright kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya. Ia terlalu malas mengurus Luke dan Bass saat ini karena Bright hanya fokus untuk kesembuhan Win, Blue-lah yang sedang menangani dua pria itu sambil bermain-main.

Kemudian Bright melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, ia merasa sangat lapar karena ingin segera bertemu dengan Win, Bright melewatkan sarapan paginya. Sebelum beranjak dari sini, Bright mengelus puncak kepala kekasihnya. Dan ia pun berdiri untuk menuju kantin karena perutnya membutuhkan asupan, namun saat Bright hendak melangkah genggaman lemah di kelingkingnya membuat Bright memutar tubuhnya dan menatap Win.

"P'Baii" Panggil Win dengan suaranya yang kecil dan berusaha membuka matanya.

Bright tersenyum mendengar suara Win, genggaman di kelingkingnya semakin kuat dan Bright sangat senang akan hal itu,
"Win, kau sudah sadar?"

"P'Baii" Panggil Win lagi dan mata yang Bright rindukan kini terbuka.

Namun Win melepaskan genggamannya pada jari kelingking Bright dan mengucek matanya sendiri berulang kali, Bright bingung karena wajah Win terlihat panik. "Win, ada apa? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Bright sambil mengelus kepala Win.

"W-win...tidak bisa lihat" Jawab Win lirih.

"Apa? Apa yang tidak bisa lihat?" Tanya Bright khawatir namun Win tidak menjawab.

Pria bergigi kelinci itu hanya mengerjapkan matanya berkali-kali tapi tidak ada yang bisa ia lihat. Win memejamkan matanya dan membukanya perlahan namun pandangannya tetap gelap dan terus gelap, tidak ada secercah cahaya yang memasuki retinanya. Win meraba matanya, memastikan kalau matanya tidak ditutup oleh benda apapun. Hingga sedetik kemudian Win menangis karena tidak bisa melihat sekitarnya.

"Hey Win, apa yang terjadi? Ada apa denganmu?" Tanya Bright lagi karena Win tidak menjawabnya tadi dan kini pria itu menangis.

"P'Baii" Panggil Win lirih, tangannya meraba keatas dan menggenggam tangan Bright yang berada di atas kepalanya. "P'Baii" Panggil Win lagi.

My Boss My Boo [Bright x Win]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang