Chapter 16

109K 13.2K 1.8K
                                    

Anyway, part selanjutnya part nikahan😻

Jangan lupa ramein komen paragraf di part ini biar aku cepat update!!

Mwah

Selama satu minggu ujian akhir dilaksanakan, Alma tidak bisa benar-benar fokus karena hari pernikahannya semakin dekat, walaupun akhirnya tetap bisa menyelesaikan ujian dengan baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selama satu minggu ujian akhir dilaksanakan, Alma tidak bisa benar-benar fokus karena hari pernikahannya semakin dekat, walaupun akhirnya tetap bisa menyelesaikan ujian dengan baik. Kini, Alma memang tidak lembur belajar mata pelajaran untuk ujian lagi, tapi berganti menjadi lembur membaca buku dan menonton konten-konten di media sosial yang berkaitan dengan kehidupan setelah pernikahan yang akan ia hadapi tiga hari lagi. Alma sungguh-sungguh mempersiapkan diri, meskipun tetap tidak siap.

.........

Pagi ini, Alma diajak Adriel menengok apartemen miliknya—sebuah penthouse apartment di daerah Kebayoran Baru. Rencananya, mereka akan menempati unit tersebut setelah menikah. Sebenarnya, sebelum ini mereka sudah sepakat untuk tinggal di rumah orang tua terlebih dahulu sembari mencari rumah yang cocok, tapi saat Alma tahu Adriel mempunyai apartemen kosong, Alma langsung membujuk Adriel agar mereka tinggal di sana saja setelah menikah. Katanya, agar saat bertengkar, mereka bisa leluasa.

Tetap Adriel turuti, meski alasan calon istrinya itu sangat di luar nalar.

"Kurang luas nggak?" tanya Adriel saat Alma berkeliling melihat-lihat ruangan di unit apartemennya.

Alma menunda jawabannya. Ia lanjut melihat semua ruangan, menaiki tangga ke lantai 2. Menurutnya, kalau hanya untuk berdua ini sudah lebih dari luas. "Luas kok. Cuma berdua juga, 'kan?"

"Bertiga dong, sama Bibi Rum."

Alma langsung menarik muka asam. "Kok lo nggak ngomong kalo bakal ada Bibi Rum?"

"Ini ngomong," ujar Adriel cengengesan.

Alma berkacak pinggang bimbang, lalu menduduki sofa yang sedikit berdebu. "Kayaknya nggak perlu bawa Bibi deh, El," kata Alma.

Adriel juga menjadi ikut bimbang. Sejujurnya ia juga merasa lebih nyaman jika hanya tinggal berdua saja. Lebih bebas melakukan apapun. Tapi ia khawatir Alma keberatan melakukan pekerjaan rumah tangga sendiri. Maka dari itu ia berusaha membuat hidup Alma tidak terlalu banyak berubah meskipun tak lagi tinggal bersama orang tuanya.

"Gue emang nggak biasa ngerjain ini itu sendiri, tapi gue bisa kok. Nanti juga lama-lama terbiasa," lanjut Alma.

Setelah mempertimbangkan, Adriel akhirnya menyetujui permintaan Alma. "Ya udah, iya, nggak bawa Bibi deh.... Aku juga janji, nggak akan ngerepotin kamu. Dan apapun yang bisa aku kerjain pasti aku kerjain."

"Aku bisa nyapu, bisa ngepel, bisa nyuci piring, bisa... apa aja," ujar Adriel.

"Bagus. Sekalian nanti gue gaji."

Adriel terkekeh, "Gajinya boleh request nggaaak?" mata kirinya berkedip.

Alma sempat diam untuk memahami, hingga akhirnya kedipan mata Adriel membuat pikirannya kemana-mana. Dan—PLAK!

Alma's Fortune [New Version] - Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang