Chapter 09

145K 15.2K 1K
                                    

Pernikahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernikahan. Satu kata itu menggelisahkan hati dan pikiran Alma semalaman. Sampai sekarang, rasa percaya dirinya masih belum bulat, apa ia memang benar-benar sudah siap memulai ikatan pernikahan, atau hanya memaksa dirinya untuk siap.

Saat pikirannya kosong, terkadang Alma membayangkan banyak hal soal calon suaminya. Alma akui, sejauh ini Adriel cukup membuatnya terkesan. Sabar, tutur katanya pun lembut, benar-benar mengerti cara memperlakukan perempuan. Tapi, kata orang, pernikahan akan merubah banyak hal. Apa Adriel juga akan berubah?

Ah, Alma terlalu memikirkan hal itu sampai asam lambungnya kumat dan memutuskan tidak berangkat sekolah hari ini.

Ting!

Alma yang masih memeluk guling mendecaki notif itu. Entahlah, ia lebih sensi jika asam lambungnya kumat.

+62 ***:
alma, aku di ruang tamu
darel bilang kamu sakit
aku boleh lihat keadaan kamu?

Alma membulatkan mata. Jidatnya ia tepuk, merutuk pada dirinya sendiri karena lupa mengabari Adriel agar tidak menjemputnya pagi ini.

Alma:
duh
gmn ya
bukan gaboleh sih
tp skrng gue masih pke baju pendek
mau bangun jg lemes
jgn skrng ya
sorry el

+62 ***:
gapapa al
pulang sekolah nanti aku ke sini lagi
kalo mau nitip sesuatu, let me know ya
nanti aku bawain
cepet sembuh❤️

.............

"Pasti nggak mau ditemuin, ya, dia?" tanya Amanda seraya menyuguhkan teh hangat untuk Adriel. "Maaf, ya, Alma emang susah anaknya."

Kedatangan calon ibu mertua membuat Adriel segera menaruh ponselnya. "Nggak papa kok, Tante. Masih lemes juga katanya, kasian kalo harus ganti baju. Biar istirahat aja."

Amanda menghela napas lega. "Makasih, ya, El. Kamu udah selalu ngertiin Alma. Tante minta maaf kalo sampai sekarang Alma belum bisa bersikap sebaik sikap kamu ke dia. Bahkan Alma kelihatannya keras dan cuek ke kamu. Tante bener-bener minta maaf." Amanda menepuk bahu calon menantunya itu.

Adriel tersenyum dengen gelengan kecil. "Nggak perlu minta maaf, Tante. Saya bisa memaklumi itu kok. Mungkin Alma masih butuh waktu lagi, dan saya sama sekali nggak keberatan."

*****

Belakangan ini, semangat sekolah Adriel itu Alma, gadis yang dengan mudah membuatnya jatuh cinta. Meskipun setiap harinya ia harus bangun Subuh agar bisa tepat waktu menjemput pujaannya itu pun tidak masalah. Lantas, hari ini Alma tidak berangkat. Wajar saja jika muka Adriel masam selama di sekolah. Semangat sekolahnya saja tengah sakit.

"Yok, kantin!" ajak Erga dari bangkunya, mengajak ketiga sahabatnya ke kantin karena waktu istirahat telah tiba. Setelah Abi dan Leon bangkit, Erga mengerutkan dahi karena Adriel tidak ikut bangkit, bahkan seperti tidak mendengar. "Elmo! Penuh upil kuping kau, ha?!"

Alma's Fortune [New Version] - Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang