"Ini, tolong bantu Lanang bawa buku ini ke kelas, Ibu harus keluar dulu sebentar, nanti kamu tulis tugas yang Ibu udah catetin disini ya Aksa" ucap Bu Rita sembari menunjukkan tugas-tugas yang mesti Aksara tuliskan. 

Meskipun pendiam, Aksara adalah seorang sekertaris dikelas gue. Dia adalah perantara antara guru dan kami, murid-murid yang dipenuhi rasa malas. Aksara tidak pernah banyak membicarakan dirinya sendiri, dia hanya menyukai satu hal. 

Matematika. 

Selain seneng sama Matematika, Aksara juga punya tulisan yang rapi dan bagus. Thats why  dia jadi sekertaris kelas. Ditunjuk langsung oleh teman satu-satunya di kelas, Mataram, alias Tara, ketua kelas di kelas gue. 

"Baik bu, cuma ini aja tugasnya Bu?" tanya Aksara sembari merangkul beberapa buku di tangannya. 

"Iya segitu aja. Kamu kok kayak nantangin Ibu gitu" jawab Bu Rita sembari tersenyum. 

Aksara tersipu. 

"Sudah, masuk kelas sana. Jangan ribut dan kerjakan tugasnya dengan benar ya" ucap Bu Rita. 

"Baik Bu" jawab gue yang berbarengan dengan Aksara. 

Gue mandang Aksara, dia pun mandang gue. 

DEG DEG! 

Aksara pun berjalan lebih dulu meninggalkan gue di belakangnya. Gue hanya bisa ngeliat punggung kecilnya dari belakang. Dari belakang, kepala Aksara terlihat agak menunduk, membuat gue khawatir. Takutnya, buku yang dia bawa terlalu banyak dan berat. 

Gue mempercepat langkah kaki gue, mencoba mencari tahu apa Aksara baik-baik aja. 

"Aksara!" ucap gue agak keras hingga membuat Aksara berhenti berjalan. 

"Aduh gue kekencengan manggilnya nih" gumam gue dalam hati. 

Aksara hanya berdiam, tak membalikkan badannya sama sekali. 

Lalu, gue berjalan menuju ke arah wajahnya. 

Ternyata, dia menahan buku yang ia bawa dengan dagunya. Membuat gue makin jatuh hati sama perempuan ini. 

"LUCU BANGET SIH CALON PACAR GUE!"

Jika ada satu kata yang bisa mewakilkan perasaan gue ketika liat pose Aksara nahan buku, kata tu adalah huru-hara.

"Kamu kesusahan ya?" ucap gue mencoba mengasihani Aksara. 

Aksara hanya memandangi wajah gue dengan kerutan yang kalau di artikan "Menurut lo?!"

"Enggak sih, cuma ini terlalu banyak aja" jawab Aksara dengan suara datarnya. 

"Iya itu namanya kamu kesusahan" jawab gue menjelaskan. 

Lalu mata Aksara memandangi gue. Cukup lama, sampai gue akhirnya sadar, dia minta nunggu gue ambil buku yang kebanyakan itu dari dia. 

"Yaudah sini, Lanang ambil sebagian" 

Aksara masih mencoba menahan buku itu, menunjukkan jika ia sungkan untuk dibantu sama gue. 

"Udah sini sama Lanang aja, kamu bawa yang tadi Bu Rita suruh ditulisin" gue mencoba menjadi lelaki jantan. 

Aksara merendahkan dirinya-- eh maksud gue, dia tiba-tiba jongkok perlahan. Meletakkan bukunya di ubin yang terlihat baru di pel dan sangat wangi. 

"Lanang, jongkok" ucap Aksara.

"Wah apaan nih disuruh jongkok? Mau jongbar sama gue nih Aksara?" gumam gue dalam hati. 

"Lanang cepet jongkok!" titah Aksara agak lantang. 

Semester Genap (Tamat)Where stories live. Discover now