13

4.2K 718 105
                                    

"Aku hanya jalang kecil yang tidak berguna. Aku hanya jalang kecil yang tidak berguna. Aku hanya jalang kecil yang tidak berguna."

Ia mengatakan itu berkali-kali hingga rahangnya letih, air matanya kering dan punggungnya pegal. 

Sudah berjam-jam ia di sini, di gang kecil nan sempit. Sangat minim pencahayaan dan sulit diakses. 

Jari lentiknya memainkan batu di dekatnya sembari mengerucutkan bibirnya, "Aku..."

Ia mengambil batu itu dan netranya menatap lekat batu abu-abu itu, memperhatikan pola abstrak dan lubang-lubang kecil yang terdapat di batu itu.

"Hanya..."

Ia melempar batu itu ke tembok seberangnya dengan kuat hingga batu itu terpantul-pantul acak. 

"JALANG KECIL YANG TIDAK BERGUNA!"

Marah. Sakit. Letih. Napasnya berderu kasar, dadanya kembang kempis tak beraturan. 

Seragam yang ia kenakan sudah tak berbentuk, ia terlihat seperti anak nakal yang sering dihukum oleh guru konseling. 

Kemeja seragamnya ia keluarkan dengan dasi yang sudah longgar, jas yang sudah ia lepas sebelum makan siang berlangsung dan rambutnya yang basah karena keringat. 

Ia mendongakkan kepalanya, menatap langit yang sudah mulai berubah warna menjadi jingga. 

Ia melirik jam tangannya, pukul setengah enam sore. Seharusnya ia sudah di rumah dengan celana pendeknya. Menunggu sang ibu menyajikan makan malam. 

Tubuhnya melemas, ia belum mengonsumsi apa-apa sejak tadi. 

"A-aku ingin pergi. Ya, aku ingin pergi. Jauh dari kota Seoul."

BUGH!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BUGH!

"KAU SUDAH MENYAKITI PUTRAKU, MASIH BERANI KAU MENUNJUKKAN WAJAHMU DIDEPANKU, HUH?!"

Hantaman keras mengenai rahang kirinya yang membuat rahangnya berubah menjadi ungu ruam.

Ia meringis pelan dan mengusap rahangnya pelan. Tapi, setidaknya hantaman tadi pantas ia dapatkan. 

"A-aku pikir ia lari ke rumahnya, makanya aku pergi kesini, hyung."

"Jika putraku lari ke rumahnya, aku sudah menjemputmu terlebih dahulu, Qian Kun!"

Taeil mengatur napasnya sekaligus emosinya. Kepalanya sedikit pening dan dadanya pun sedikit nyeri. Untung saja, Doyoung pergi mengurus tokonya.

"Ck, pasti putraku sudah mengetahui perihal anakmu yang berada di Cina. Aku benar 'kan?" Taeil menatap sengit iris Kun dengan wajahnya yang memerah. 

Kun hanya bisa mengangguk di situasi seperti ini. 

"Itu sebabnya, aku tidak pernah mengizinkan putraku berkencan denganmu apalagi menikah denganmu." 

"I Got Daddy Issues" [kunyang]Where stories live. Discover now