69

63 9 0
                                    

Karena Yeji masih sakit, Donghyun menggendongnya menuju mobil. Sementara yang laki-laki membawa barang bawaan mereka. Meletakkannya di mobil dengan kap terbuka, kemudian naik ke sana.

"Kapan kira-kira sampai?" tanya Donghyun, ia menoleh kebelakang, menatap khawatir Hyunmi. "Sayang, di belakang dulu ya?"

Hyunmi menoleh, melihat Donghyun lewat spion. "Iya," jawabnya. Merapatkan mantel panjang miliknya. Entah kenapa suhu malam ini kebalikannya siang tadi. Ia harus melapisi tubuhnya dengan kaus lengan panjang, lalu memakai mantel dan merapatkannya.

Ketiga anak yang lain hanya diam menatap Hyunmi. Mereka sedikit tidak percaya bahwa ini adalah anak Bibi Nam. "Kau cantik sekali, seperti boneka."

Usia Daehwi 12 tahun waktu itu, karena Hyunmi sendiri beranjak 8 tahun. Woojin 15 tahun dan Woong 17 tahun. Sementara Yeji setahun di atas Hyunmi, 9 tahun.

"Ada apa saja diluar negeri?"

"London?" tanya Hyunmi balik, memeluk boneka teddy bear-nya,

"I-iya," Woojin agak gelagapan, "apa disana ada manusia juga?"

"Heum." Hyunmi mengangguk, "Ada banyak sekali disana, ada bioskop juga!"

"Bioskop itu apa?"

"Tempat nonton film." Hyunmi tersenyum lebar, "Nanti ada gambar animasi di dalam layar, yang besarnya seperti ini." Ia mencontohkan dengan tangannya.

Daehwi tampak sangat penasaran, "Animasi itu yang seperti apa?" tanyanya, Hyunmi sempat berpikir untuk menjawab itu.

"Animasi itu... seperti... kaca yang bisa bicara."

"Memangnya ada kaca yang bisa bicara?" Daehwi mengeryit,

"A-ada?" Hyunmi sedikit tidak yakin dengan jawabannya, "Bangunan disana tinggi-tinggi, lalu ada jam yang besar sekali disana!"

"Wah... jadi kita seperti semut begitu?" kali ini Woong yang terpukau.

Ya tidak sampai seperti semut juga, sih...

"Mungkin? Disana semuanya tinggi, aku dan Mama bisa lihat seluruh kota dari lantai yang paling atas!"

"Mama?"

"Eum... ma-maksudku Kim Donghyun." Hyunmi gelagapan, menatap ketiga lelaki dihadapannya, "I-itu,"

"Donghyun hyung kan laki-laki, kenapa dipanggil Mama?" Woojin mengeryit,

"Y-ya... karena dia Mamaku?" Hyunmi menatap Woojin, "Kita bicarakan tentang Rapunzel saja bagaimana?"

"Rap—apa?"

"Rappokki?"

Hyunmi menepuk keningnya.


~Another Love~


Youngmin tak memiliki pemikiran bahwa Donghyun bisa saja kembali. Dan ia pun tak dapat kabar apapun dari Mr. James Naismith soal kedatangan pemuda itu ke Korea. Sehingga pikirannya masih soal kapan ia bisa ke London segera.

Hari itu benar-benar panas. Youngmin membuka kausnya dan bergegas untuk melanjutkan pembangunan rumahnya. Taehyun berada di ladang untuk menanam sawi, dan Youngmin sedikit terbantu dengan itu. Ia bisa fokus dengan pembangunan rumah.

"Youngmin hyung, sedang memikirkan apa?"

Malam itu, Youngmin kembali melamun di depan rumah, memandang langit. "Hmm."

Taehyun mendengus kecil. "Memikirkan kembaranku?"

Tepat sasaran. Youngmin tersenyum kecil—kontras dengan ekspresi Taehyun. "Iya, aku masih kesal kenapa tidak bisa pergi ke London."

"Hyung,"

Youngmin menoleh, Taehyun terduduk disampingnya, "Kenapa masih menunggunya?"

"Aku sudah berjanji pada diriku."

"Bagaimana kalau ia lupa?" tanya Taehyun, "Tidak ada yang tahu, Donghyun ada jauh di London. Bisa jadi ia telah menikah, apalagi tak mungkin ia mengurus Hyunmi sekaligus bekerja."

"Donghyun bisa melakukan itu dengan mudah, kau harus tahu ia pernah membawa Hyunmi ke ladang untuk bekerja. Dan ia melakukannya dengan baik." Youngmin menepis pemikiran Taehyun, "Lagipula... apa kau tidak suka aku bersamanya?"

Memang ya, kadar peka dan kadar pendeteksi cemburu Tuan Im Youngmin ini perlu dipertanyakan, jelas ia tahu Taehyun menyukainya.

"Kau tahu aku menyukaimu."

Another Love || PacadongWhere stories live. Discover now