42

66 11 1
                                    

Hyunmi sedang membaca buku di dalam kamar ketika ada yang mengetuk pintu. Gadis itu menandai halamannya dan berjinjit untuk memeriksa siapa yang datang.

Menyembunyikan ekspresinya, membuka pintu dan mengintip sedikit. "Mama sedang di dapur."

"Aku ingin bermain denganmu."

Hyunmi ingin mengatakan bahwa ia tak ingin bermain, dia sedang berusaha memahami salah satu buku Sherlock Holmes dan tak mau diganggu. "Baiklah," ia membuka pintunya. Sedikit lebar. Dan pemuda itu masuk ke dalam.

Bukan tanpa alasan gadis itu mulai was-was, ia pernah melihat pemuda ini menatap Donghyun dengan pandangan yang familiar. Pandangan Donghyun kalau sedang melamun atau tersenyum di depan surat dari sang Papa.

Ia tak berani ambil kesimpulan, dan juga tak berhasil menemukan buku-buku yang membahas tentang itu di perpustakaan keluarga Pearson dan perpustakaan sekolah. Satu-satunya petunjuk hanyalah novel fiksi yang menjabarkan pandangan orang yang sedang jatuh cinta.

"Sedang baca apa?"

"Sherlock Holmes."

"Anak-anak seusiamu harusnya membaca buku tentang ibu peri."

Ini juga yang membuat si kecil mulai enggan, apapun yang ia lakukan pasti dikomentari. Seringnya ketika ia sedang sendirian di perpustakaan, atau ketika ia melamun di salah satu jendela besar yang menghadap bagian depan rumah.

Kejadian seperti itu baru-baru saja terjadi, dan Hyunmi sudah punya kepastian setelah ia mengamati orang-orang yang terus berkomunikasi dengannya. Atau siapapun yang bicara dengan Donghyun—selagi itu tertangkap pandangannya.

"Iya." Si kecil menutup bukunya, sedikit mendongak ketika pemuda itu menjawil pipinya. "Apa kita akan berkuda?"

"Tidak. Hanya ingin bertanya...,"

Kendati jantungnya berdebar, Hyunmi berusaha keras menahan ekspresinya. "Tanya apa?"

"Apa... ayahmu itu masih memikirkan ibumu?"

Otak si kecil dipaksa berputar. "Tidak, ibuku sudah meninggal." Ia juga tak yakin dengan jawabannya, tapi seingatnya Donghyun pernah bilang bahwa ibu kandung Hyunmi adalah Bibi Nam. Dan ia sudah di surga bersama para dewa dan ayahnya. Dan kakak-kakaknya.

"Apa yang kau pikirkan kalau ayahmu berkencan denganku?"

Pertanyaan itu tidak layak diajukan pada Hyunmi. Entah dimana pemuda itu meletakkan pikirannya, yang jelas ia terlihat seperti orang bodoh saat ini. Hyunmi bukan orang yang tepat untuk menjawab pertanyaan semacam itu.

"Ayahku tidak akan berkencan denganmu." Ia memeluk bukunya. Maniknya yang bulat itu terlihat cantik ketika cahaya sore menembus kamar. "Kenapa kau mau mengencani ayahku?"

"Ayahmu cantik."

"Itu?"

"Yah... anak sepertimu pasti tidak tahu. Tapi kita harus bekerjasama."

Sepertinya pemuda itu bicara pada orang yang salah. Jelas-jelas Hyunmi mengerti situasinya, ia pastinya menolak. Dia tahu Donghyun menunggu Papa-nya, dan semoga juga seperti itu di Korea sana.

"Aku sudah bosan berkencan dengan wanita, ayahmu bisa jadi teman kencanku."

"Kau bilang begitu hanya karena bosan?" Hyunmi tak mengerti jalan pikiran pemuda ini, tapi dia tahu Donghyun dalam bahaya.

Bagaimana cara menyelamatkannya, itu yang tidak diketahui Hyunmi. Mungkin dia harus baca buku tentang hukum setelah ini.

Semuanya terjadi begitu cepat, tapi Hyunmi ingat rasa sakit di kepalanya. Kedua tangannya di cengkram di atas kepala.

Pemuda itu menciumnya tanpa aba-aba, jelas Hyunmi tak memiliki tenaga yang sebanding. Mulutnya terasa penuh dan ia mulai menangis ketakutan. Bergerak minta dilepaskan. Nafasnya sudah mau habis.

"Uhuk!"

Hyunmi terbatuk ketika pemuda itu melepaskan diri. Menghirup udara dengan wajah sayu, airmatanya mengalir deras, mengerti bahwa yang barusan adalah sesuatu yang buruk.

Air liurnya mengalir, sampai dagu. Hyunmi menghapusnya dengan lengan pakaiannya sendiri, menatap benci sosok yang selama ini ia anggap kakak.

"Kau pasti akan menolaknya, aku tahu."

"Hmmphh!"

"Wahh kau lumayan juga," pemuda itu menyeringai, membersihkan bibir Hyunmi dari airliurnya. "sebagai gantinya. Aku akan melakukannya pada ayahmu jika kau berani menolak, atau melaporkannya pada siapapun."

Donghyun baru masuk kamar ketika hendak memanggil anak itu untuk makan malam. Tapi yang ia dapati adalah putrinya yang tertidur dengan keringat di dahi. Suhu tubuhnya mendadak naik. "Sayang... Hyunmi kenapa?"

Gadis itu membuka kelopaknya yang membengkak, "Kangen... Papa,"

Lalu berbohong untuk pertama kalinya.



AN : Kalau mau menghujat atau marah, dipersilahkan... atau kalau minta Youngmin cepat-cepat datang juga gak papa.

Another Love || PacadongWhere stories live. Discover now