57

60 9 0
                                    

Jika Donghyun dikirim ke psikolog untuk kelanjutan tes mentalnya, Hyunmi malah dikirimkan ke kantor polisi untuk di interogasi. Tak ada pendamping yang menemaninya, bahkan meski usianya masih 7 tahun.

Pecahan vas itu rupanya berakibat fatal, Hyunmi yang sudah terlanjur marah menghantamkan vas itu ke wajah Arrow. Pecah saat itu juga di wajahnya. Sebagian beling mengenai tangan dan wajah Hyunmi—ia harus memotong pendek rambutnya ketika seorang dokter menyadari ada yang salah.

Arrow sendiri harus dihadapin kenyataan bahwa ia buta hanya gara-gara hantaman vas dari gadis yang bahkan belum menginjak usia 10 tahun. Menuntut gadis itu dengan alasan percobaan pembunuhan dan menyebabkan Hyunmi harus pergi dari rumah sakit lebih cepat dari perkiraan.

Tidak, dia tidak di letakkan di sel, melainkan di sekolah khusus anak-anak nakal. Di ruang isolasi dengan seragam flanel abu jelek yang sudah diumpati Hyunmi sejak pertama melihatnya.

"Permisi, saya datang atas perintah Mr. Jung." Seseorang memasuki ruang interogasi, Hyunmi baru saja hendak melanjutkan ceritanya, menyadari bahwa ada seorang pria yang masuk ke dalam ruangan.

Seperti pernah mengenalnya.

"Saya adalah psikologi yang bekerja di sekolah Cherry." Pria itu memperkenalkan diri.

Ah, sekarang gadis kecil itu ingat... pria ini pernah menyuruhnya menyusun kalimat dari kata-kata tertentu beberapa bulan yang lalu.

"Anda sudah selesai mencatat kesaksiannya?"

"Anak kecil tidak bisa di percaya."

"Lalu kenapa bertanya pada saya?" sembur Hyunmi, melipat kedua tangannya jengkel, "Anda membuang waktu saya, tahu begini saya tidur saja di ruang isolasi."

Pria itu mengeryit, "Anda memasukkannya ke ruang isolasi?!" nadanya meninggi, "Dia ini aset berharga sekolah! Anda tidak tahu seberapa jeniusnya dia!"

"Sejenius apapun dia, dia melakukan kriminal!"

"Kriminal anda bilang?!" atmosfer ruangan berubah, Hyunmi menyadari itu. Sehingga ia memilih untuk diam sampai menemukan waktu yang tepat untuk bicara. "Lihat lukanya! Rekan anda bahkan menemukannya dengan pelipis berdarah dan sebagian beling di wajahnya."

Hyunmi spontan memegang perban kepala, agak meringis.

"Anda tidak bisa menganggapnya bohong, saya meminta beberapa psikolog dan guru untuk menjadi saksi bahwa anak itu baik-baik saja!"

Sesi interogasi hari itu lebih lama. Hyunmi yang memang lancar bicara menjelaskannya dengan detail, apa yang ia lihat, apa yang ia lakukan, apa yang terjadi. Sebelum dan sesudahnya. Sama saja ceritanya, tidak ada yang berubah.

"Anda tidak menyuruhnya keluar?" Seorang polisi mengeryit ketika psikologi itu melepas alat deteksi detak jantung yang menempel pada Hyunmi, poligraph waktu itu belum bisa dipercaya, kebanyakan percobaannya gagal.

"Dia mengerti." Mr. Lennington tak peduli ketika ia membantu Hyunmi turun. Lembut menuntunnya untuk duduk. Hyunmi habis menangis tadi, meski ia berusaha dengan seluruh kemampuannya untuk menyelesaikan cerita. "Nah, bagaimana pendapat kalian?"

"Tidak ada reaksi kebohongan, meskipun detak jantungnya meningkat, semua bisa melihat dia harus menahan dirinya." Seseorang yang meneliti perilaku anak-anak berkomentar, "Kejadian itu pasti membuatnya shock, cukup mengherankan ia bisa selesai bercerita. Meskipun... airmatanya turun."

"Dia sudah cukup cerdas di usianya. Dia tahu kapan harus berbohong dan kapan tidak." Seorang guru berkomentar. "Perilakunya terkadang membuatku ingin melompatkan kelas untuknya."

Hyunmi tak bicara. Ia lelah. Dan kain flanel abu itu membuatnya benar-benar kepanasan, wajahnya memerah. Mulai menggaruk lengannya.

"Cherry, ada apa?"

Si kecil menarik lengan pakaiannya, terkejut dengan ruam merah yang mulai bermunculan disana. "Panas...," ia menggaruk lengan yang lain. Seorang guru menyadari ada yang salah, langsung meminta izin untuk mengobatinya.

"Cherry bertahan ya? Malam ini boleh tidur di rumah Mrs. Gisele, ia benar-benar marah saat mendengarmu dituntut."

"Ayah bagaimana?" gadis kecil itu tak langsung mengiyakan, "Cherry mau dengan ayah, ayah kemana?"

"Nanti kita jenguk ya? Setelah ini, setelah hasilnya keluar. Mr. Harris juga tadi ada untuk memberi saksi, dan beberapa tetangga flat kalian."

"Miss Clover,"

"Iya, darling?"

"Terima kasih." Hyunmi tersenyum tulus, setelah melalui lukanya.

Another Love || PacadongWhere stories live. Discover now