18

74 11 0
                                    

"Hari kedua, bawa anak-anak itu. Perubahan rencana, yang ingin ke kota pergi bersamamu." Youngmin menatap rekannya, ia tak pernah bertemu orang ini. Sepertinya senior atau junior yang sedang berlibur. "Seharusnya ada kendaraan di hari ketiga, kuharap mereka datang tepat waktu."

Seorang dari tentara—yang bertugas menyampaikan pesan langsung mengangguk dan pamit pergi. "Kuharap aku bisa bantu secepat mungkin."

"Pergilah lewat perbukitan, jangan lewat hutan. Ada kemungkinan mereka menyebar mata-mata."

Semua mengangguk pasti, paham dengan pekerjaan masing-masing. "Kupikir, lebih baik pemuda yang kau tinggali tempatnya itu ikut bersamamu juga."

Youngmin merinding ketika pemuda itu bicara. "Orang lain tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa. Pergilah, bawa mereka ke kota. Dan dua kawannya itu, nanti antarkan mereka kembali setelah kita punya kabar baik."

"K-kau—"

"Simpan terima kasihmu untuk nanti, dua kawannya itu hanya sebagai alasan." Pemuda itu tersenyum tulus, "Aku juga, jika kau ingin tahu. Dan yang bertubuh mungil itu menarik perhatianku. Jaga ia baik-baik, aku percaya padamu."

Mengatupkan bibir, lalu mengangguk kaku. Youngmin tak menginginkan ada hal yang lebih aneh dalam perjalanan nanti.


~Another Love~


Tak ada yang bicara di sepanjang perjalanan, Youngmin terus-terusan menoleh untuk mengawasi ketiga pemuda yang ada. Kemudian melanjutkan perjalanan selagi mereka masih kuat. Terus menanjaki perbukitan, tak jarang juga bagian betis atau lengan akan terluka. Lampu minyak dimatikan Youngmin. Dan sekarang ia hanya mengandalkan instingnya dalam kegelapan.

"Youngmin hyung, aku lelah...," Sewoon tak cukup kuat, ia nyaris jatuh terduduk. "Istirahat sebentar,"

Si pemilik nama berhenti, jelas bukan karena panggilan dari Sewoon. Menajamkan pendengarannya, apa barusan suara langkah kaki?

Apalagi guguran daun membuatnya yakin bahwa itu bukan hewan yang lewat. Jadilah ia berbalik dan mengangkat Sewoon. Mengisyaratkan Donghyun dan pemuda yang satunya lagi untuk ikut dengannya.

Keempatnya bersembunyi. Samar-samar, Donghyun mendengar percakapan dalam bahasa Jepang. Dan ada yang bicara bahasa Korea disana. Tak ada yang bergerak. Donghyun bersyukur ia membawa kain tambahan untuk Hyunmi. Sebab mereka tengah berada di dalam sebuah lubang pendek. Dan keberadaan Hyunmi di dadanya membuat pemuda Kim itu harus setengah berbaring untuk menjaga agar putrinya tak langsung menyentuh tanah dan terbangun.

"Desa bagian selatan sudah lenyap, sekarang sisa timur. Utara telah dibakar habis sekitar sebulan yang lalu."

Jantung keempatnya berdebar, terutama Youngmin. Ia harus putar otak lagi untuk menyelamatkan mereka yang tengah bersembunyi.

Cukup lama mereka berada di sana. Dan para tentara itu tak kunjung menjauh. Youngmin sampai kesal sendiri, punggungnya sakit jika harus membungkuk seperti ini terlalu lama!

Dan lagi, ia semakin kesal dengan fakta pengkhianatan yang terus terjadi. Tentara yang bicara itu ada ketika mereka menjemput korban dari desa barat. Dan sekarang malah menjadi sumber informasi lawan tentang tiga desa yang lainnya.

Sayang sekali ia tak membawa senapan.

"Kita harus cepat-cepat ke desa timur,"

"Bunuh mereka semua, sisakan para wanita dan anak-anak perempuan. Segera kirim mereka ke markas, aku butuh hiburan malam ini."

Youngmin yang mempelajari bahasa Jepang langsung mengumpati percakapan itu habis-habisan.

Hyunmi tahu-tahu bergerak dalam tidurnya, Donghyun sedikit berputar dan mengecup lama kelopak dan kening si kecil.

Sewoon dan yang satunya lagi sudah ketakutan bayi itu merengek atau menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Donghyun mengatupkan bibir, sebelah tangannya mendekap Hyunmi dan bergerak perlahan agar bayinya tak terbangun.

"Sudah. Kita sudah bisa pergi." Youngmin tak langsung berdiri, ia mengintip sebentar, memastikan bahwa para tentara tak melihatnya. Kemudian bangkit dan membantu Sewoon. "Waktunya singkat, tolong bantu dia naik ke punggungku."

Donghyun merapikan rambut Hyunmi, menatap Sewoon yang sudah naik ke punggung Youngmin.

Bagaimana rasanya berada di sana?

Astaga Kim Donghyun, apa yang kau pikirkan?!

Another Love || PacadongWhere stories live. Discover now