46

69 12 3
                                    

Kalian lagi pada ngapain?

Oh iya, ada yang mau ngasih usul buat judul buat work ini enggak? Peppermint ngerasa judul sama isinya enggak nyambung :(( tulis di komentar ya, usulan kalian.




"Cherry," seorang guru memanggilnya, Hyunmi mendongak. Menyahuti panggilan gurunya. "kesini dulu."

Hyunmi bisa melihat ada orang asing dihadapannya, ia tak bisa memastikan siapa pria didepannya ini. "Eum... Hyunmi bisa bahasa Prancis, kan?"

Si kecil sedikit ragu, ia sendiri tak bisa memastikan dirinya mampu atau tidak. "Heum... belum terlalu bisa."

Guru wanita itu mengulum bibir, namun kemudian ia menatap si pria asing tadi sembari menunjuk Hyunmi dengan isyarat 'coba bicara dengannya'

Pria itu berjongkok, menyamakan tingginya dengan Hyunmi. Anak itu memang akhirnya juga menjadi yang termuda di angkatannya, tidak heran kalau tubuhnya juga ikut menjadi yang terpendek.

Hyunmi mengambil langkah, agak menjaga jarak. Namun pria itu tersenyum ramah, mengulurkan tangan dan memperkenalkan dirinya.

"Je me présente, Franc."

"Je m'appelle, Cherry."

"Chérie?"

"Cherry."

Selanjutnya mereka saling berbicara—entah apa, guru wanita tadi takjub dengan kemampuan Hyunmi. Kemudian bertanya padanya darimana ia belajar.

"Mrs. Gisele," si kecil menjawab pelan. Sedikit menunduk ketika bicara. Wanita itu tersenyum, menepuk puncak kepala Hyunmi.

"Kerja bagus, darling." Usapannya beralih ke pipi, mengeryit, "kenapa ini?"

Hyunmi menarik rambutnya, menutupi biru di pipi. "Menabrak pintu tadi pagi,"

"Ya ampun, lain kali hati-hati, darling." Ia menggesekkan hidungnya ke hidung Hyunmi, "Sudah, sana masuk kelas."

Hyunmi mengangguk sopan dan setelahnya kembali ke kelas, melanjutkan bacaannya.

Kecerdasan ini juga yang membuat Hyunmi akhirnya sedikit sulit bersosialisasi dengan anak kelas. Pikirannya yang lebih jauh tak bisa disamakan dengan anak-anak lain. Bahkan tak jarang juga beberapa guru mendapati anak itu tampak bosan dalam mata pelajaran tertentu.

"Cherry dimana?"

Gadis itu mengangkat tangannya spontan. Mereka baru saja memulai mata pelajaran ketika ada seorang guru yang masuk dan menanyakannya.

Lagi, ia berhadapan dengan pria yang ia temui sebelumnya. Akhirnya malah duduk manis untuk jadi penerjemah percakapan itu. Sesekali mengeryit saat ia menemukan kosakata baru soal perjanjian entah-apa yang diadakan oleh sekolahnya.

"Wah... selain bahasa Prancis, kau bisa bahasa apa?" Kepala sekolah memujinya ketika gadis kecil itu hendak kembali ke kelas. "Cukup lancar! Dan tadi dia bilang apa padamu?"

"Bahasa Prancis saya lumayan untuk anak-anak," Hyunmi tersenyum, "itu saja... dan katanya sekolah ini bagus."

"Kudengar kau dari Korea?"

"Ya." Hyunmi berubah gugup, sekalipun ia tengah tersenyum manis, "Usia saya sekitar 6 bulan ketika saya pindah ke London."

"Jadi? Apa ayahmu bicara Bahasa Korea?"

"Beliau bisa dua bahasa, baru-baru ini kembali menggunakan Bahasa Korea kalau sedang berdua dengan saya."

"Kudengar kau juga belajar bahasa Spanyol?"

"Wah... multilingual! Bravo!"

"Be-belum... masih harus belajar." Hyunmi merendah, bisa malu dia kalau disuruh bicara langsung dengan orang Spanyol juga. Pelafalannya bahkan masih buruk.

"Baiklah. Kita bisa bahas ini lain kali, kau tidak perlu melanjutkan pelajaran. Saya tahu kamu tidak suka sains."

Si kecil memerah. Menahan malunya. "Ti-tidak apa-apa. Saya akan ke kelas."

"Tidak tidak, akan saya antar. Ayo ambil tasmu."

Hyunmi tidak mengangkat kepalanya ketika ia membereskan tas, kawan sebangkunya bahkan mengira anak itu habis mendapat hukuman atau hal lain yang sepertinya mengerikan. Tapi Hyunmi menggeleng, tak mengatakan apapun.

"Sudah semua?"

"Iya, sudah semua."

Another Love || PacadongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang