34

70 11 0
                                    

"Sayang... mau kemana?" Donghyun sedikit-sedikit mencoba bicara Bahasa Inggris pada si kecil, syukurlah anak itu paham apa yang dikatakan Donghyun. "Ayo kesini, nanti disengat lebah kalau disitu."

Hyunmi sedang memakai dress bayinya yang panjang. Dan sepatu yang menutupi dua kakinya, sedari tadi memang tertarik dengan salah satu bunga yang ditanam. Mungkin dia ingin menariknya atau bagaimana.

"Heung~" si bayi menunjuk bunga yang ia maksud,

"Mama mau ke kamar ya?"

"Aaaaa!" Hyunmi langsung merangkak, maniknya membulat lebar dan bibirnya menukik. "Mamamamaaaaa~" omelnya.

"Marah-marah, tapi menangis." Donghyun mengerutkan hidungnya, meledek kebiasaan si kecil.

Marah sambil menangis.

"Mam," si kecil semakin cemberut, maniknya bahkan sudah mengembun.

"Iya iya, ayo kita ke kamar ya? Hyunmi tidur dulu, oke?" Donghyun membereskan peralatan menanamnya. Itu masih di pagi hari, biasanya Mrs. Pearson suka menghabiskan waktunya di taman untuk mengagumi bunga-bunganya sampai siang hari.

Donghyun sendiri harus belajar bahasa agar dirinya mudah menangkap perintah. Selama ini ia dibantu seorang pelayan pribadi putra kembar keluarga Pearson yang dulu pernah tinggal di Korea.

Jadi, ia akan pergi ke perpustakaan begitu pekerjaannya selesai. Hyunmi jelas bangun diwaktu yang bersamaan dengannya, bayi itu sudah rapi dan wangi dari pagi. Terkadang dia akan kembali tertidur setelah sarapan, terkadang juga merengek minta ikut pergi ke kebun. Lalu duduk manis, mungkin sesekali ia akan merangkak menghampiri Donghyun atau malah tidur begitu saja di atas rumput jika sudah sangat mengantuk.

Karena ini juga, ada beberapa pelayan yang menawarkan diri untuk menjaga Hyunmi ketika Donghyun sedang mengurus taman. Bahkan ada yang menawarkan untuk membawa Hyunmi ke kota, jalan-jalan atau malah pergi ke perpustakaan.

Bayi kecil itu suka perpustakaan, dia suka bau buku dan suka mendengarkan cerita meski tidak memahami apa maksud dari ceritanya.

Ini juga yang dimanfaatkan Donghyun sebagai sarana belajar, ia akan membaca sebuah buku sementara Hyunmi seolah menjadi penyimaknya. Terkadang ia akan berhenti ketika tidak mengetahui arti dari kalimatnya dan bertanya pada pelayan pribadi si kembar begitu mendapat kesempatan.

Berbeda dari pelayan yang lain, lokasi kamar tidur keduanya ada di bagian luar halaman belakang. Dengan jendela yang langsung menghadap taman, memudahkan Donghyun juga untuk meninggalkan Hyunmi jika bayi itu tertidur di pagi hari selagi ia mengurus tanamannya.

Ruangan itu hanya berisi sebuah lemari pakaian, dengan seragam kerja Donghyun—baru-baru ini juga ia pergi ke kota begitu mendapat gaji. Membeli pakaian untuknya dan Hyunmi, di temani Mrs. McCoy yang juga bertugas untuk membersihkan taman.

Beliau berusia 45 tahun, sedikit cerewet dan menyukai Hyunmi. Tak jarang juga ia menghadiahkan bayi itu topi atau syal yang ia rajut sendiri disela waktunya. Atau membelikannya Teddy Bears—sebelumnya Hyunmi menangis kencang karena ketakutan dengan boneka si bungsu Pearson yang berbentuk bayi dengan rambut manusia asli.

"Sepertinya dia punya bakat sastra." Mr. Jung tengah memangku Hyunmi selagi ia mengetik dengan mesin tik kuno di perpustakaan. "Melihatnya tumbuh seperti ini, hati-hati... akan ada orang yang memanfaatkannya."

Donghyun langsung mendongak, menatap si bayi yang sudah memasang wajah sok seriusnya. Memang sih anak ini ada tanda-tanda kecerdasan, dan minatnya memang berputar di buku, perpustakaan dan mesin tik.

"Bukankah semua anak cerdas begitu?" tanya Donghyun, dan Mr. Jung menatap pemuda itu. Tatapan yang menyiratkan keseriusan,

"Di keluarga ini, mereka anak-anak pintar. Tapi tidak begitu cerdas." Mr. Jung memelankan suaranya, "Suatu hari nanti, aku yakin Hyunmi akan melampaui mereka semua. Dan Tuan Pearson tentu tak mau membiarkan hal itu. Ia ingin anak-anaknya jadi yang nomor satu."

"Tapi Hyunmi kan putriku... dia... anak pelayan di kebun?"

"Kita tidak tahu pikiran orang yang begitu ambisius. Dan jelas lebih baik kita jalani peraturan yang ada." Mr. Jung menutup percakapan mereka.

Another Love || PacadongWhere stories live. Discover now