Intoxicate 16: Caught A Cold

115K 13.2K 903
                                    

VOTE DAN SPAM KOMENTAR YA!

𝕴𝖓𝖙𝖔𝖝𝖎𝖈𝖆𝖙𝖊

Efek dari beberapa obrolan kecil yang dimulai Chiara beberapa hari terakhir rasanya cukup nyata, Theodoric sama saja seperti Hana dan teman-temannya, tapi cowok itu adalah versi yang lebih irit bicara. Pelan-pelan rasa takut Chiara pada cowok itu juga terkikis, tapi dia tetap merasa ada batasan di antara mereka, Theodoric tentu masih sangat benci padanya. Chiara tidak pernah tahu bahwa melihat teman-temannya—geng Hana dan Nancy—bahagia ternyata juga bisa membuat sesuatu di hatinya berubah, dia tidak pernah benar-benar tahu arti “kamu akan bahagia jika melihat orang yang kamu sayangi bahagia”.

Hana beserta gengnya dan Nancy, adalah satu-satunya yang Chiara punya. Dia berharap tidak akan ada sesuatu yang buruk menimpa pertemanan mereka, Chiara berharap mereka bisa cukup baik untuk saling percaya. Tiba-tiba saja Chiara menikmati lagu Dusk Till Dawn yang mengisi atmosfer di mobil Theodoric, dia sampai bernyanyi kecil sambil menatap jalanan; memperhatikan setiap hal kecil yang dulu luput dari pandangan.

“Ini mobil lo?” Chiara menoleh pada Theodoric, menatap side profile cowok itu dengan alis terangkat. Theodoric mengangguk sebagai jawaban. “Belinya pake duit lo juga?”

“Dari kakek gue.”

Oh, wow. Seberapa kaya keluarga besar cowok ini?

“Ooooh.” Chiara memutar kepala seratus delapan puluh derajat, melihat jalanan kota dan gedung-gedung pencakar langitnya, lagi. Kemudian hening sampai mobil terparkir di basement, Chiara mengikuti langkah Theodoric sambil berhitung. Dia mulai kehabisan topik untuk dibicarakan, ternyata berinteraksi dengan lawan bicara yang sama-sama irit bicara itu cukup melelahkan. Bedanya, kalau Theodoric memang tipe manusia yang membatasi berapa kata yang harus dia keluarkan per hari, sedangkan Chiara adalah si manusia kuper yang tidak tahu bagaimana memulai obrolan dengan baik.

Setelah memijakkan kaki di apartemen, Theodoric melempar tas ke sofa, lalu duduk dan melepas satu per satu kancing kemejanya. “Lo ngapain?” tanya Chiara, cewek itu berkedip cepat beberapa kali, lalu menatap mata Theodoric tepat, sebelum beralih pada kening cowok itu. Menatap mata Theodoric dalam waktu lebih dari tiga detik masih tetap adalah kelemahan Chiara.

Cowok itu berdecak, kesal pada pertanyaan yang terdengar sangat bodoh. Theodoric tidak menjawab, dia masuk ke kamar, untuk kemudian kembali lagi dengan celana jeans biru muda penuh sobekan, masih dengan keadaan shirtless.

Apa, sih, maksud cowok itu?

“Kenapa lo suka nggak pake baju?” Chiara menyipit, dia yakin pertanyaannya ini sudah cukup jelas.

Theodoric berdiri di belakang Chiara, cowok itu mengambil selai cokelat untuk dioleskan pada beberapa lembar roti. Tidak cukup sabar untuk memesan gofood. “Memangnya kenapa?” tanya cowok itu tenang. Dia mengoleskan selai pada dua lembar roti, lalu menumpuk roti-roti itu sebelum mengambil satu gigitan besar. Theodoric bersandar pada meja, menatap Chiara masih seperti tatapannya kemarin-kemarin.

Chiara mengedikkan bahu, dia hanya merasa agak terganggu karena takut tangannya lepas kendali. Dia bahkan selalu curi kesempatan untuk melirik pada tato Theodoric di kulit cowok itu yang putih bersih. Oh, Tuhan, Chiara pasti bisa dituduh cabul. Dia berniat meninggalkan dapur setelah menumpuk dua roti dengan selai cokelat yang sama, tapi Theodoric lebih dulu menarik pergelangan tangan Chiara sampai dia menabrak cowok itu.

Hampir saja Chiara tersedak, dia menelan satu gigitan yang tadi diambilnya, lalu menatap Theodoric sesaat sebelum kembali menatap kening cowok itu. Chiara pikir Theodoric akan mengatakan sesuatu, tapi setelah menunggu beberapa detik dalam posisi yang kurang mengenakkan ini, cowok itu tidak mengeluarkan satu kata pun dari mulutnya. Chiara mengerutkan alis bingung, dia berusaha pergi, tapi Theodoric justru semakin mempererat cekalannya.

Intoxicate [TERBIT]Where stories live. Discover now