L i m a b e l a s

Start from the beginning
                                    

"Bentar, Ma! Papa ngamuk berabe!" teriak Beby setelah berlari melewati Ana.

Boby menatap Ana heran, "Dia kenapa sih, Ma?" tanya Boby.

Beby membuka pintunya, gadis itu mengatur napas kemudian merapikan rambutnya sendiri. "Pa, Abay cuman temen Beby! Kita gak pacaran, Papa jangan---"

"Kamu kenapa, By?" tanya Daffa heran.

Beby menganga tak percaya, benarkah ini Daffa? Gadis itu melirik Abay yang tersenyum seraya mengangkat secangkir kopi.

Tidak adil! Bahkan, Rios saja tak pernah di ajak ngopi bareng oleh Daffa.

Eh, kenapa jadi Rios?

"Papa lebih setuju kamu sama Abay."

Uhuk!

Abay dan Beby batuk bersamaan. Keduanya saling pandang, "Eh, Om bisa aja." Abay menggaruk tengkuknya sendiri.

Sumpah demi apapun, ia malu!

"Abay itu fotografer di resto Papa, By. Kamu suka bilang makanannya enak, yang motonya bagus. Nah, Abay yang suka foto-foto makanan buat brosur," kata Daffa.

Beby menatap Abay, gadis itu mengangguk-anggukan kepalanya.

Padahal, ia selalu ikut kemanapun Daffa pergi. Kenapa dirinya baru tahu kalau Abay salah satu karyawan Papanya?

Pantas saja cowok itu ada di Restoran waktu itu.

"Ya udah, Papa masuk ya. Kalian ngobrol aja." Daffa beranjak, pria itu langsung masuk ke dalam rumahnya.

Beby duduk di tempat Daffa dan menatap Abay, "Kenapa gak pernah bilang kalau lo kenal sama Papa?" tanya Beby.

"Gue gak tau kalau lo anaknya Om Daffa," jawab Abay.

Cowok itu mengusap tengkuknya sendiri. "Dunia sempit banget, ya?" kata Abay.

Beby mengangguk pelan. Gadis itu melirik Abay sesekali. Kemudian, ia memainkan jarinya yang tersimpan di paha.

"Besok gue mau ajak lo ketemu Papa gue, mau?" tanya Abay.

"Boleh," jawab Beby.

Cowok itu mengangguk, ia menyodorkan roti bakar pada Beby. "Suka roti bakar?" tanya Abay lagi.

Wajah Beby seketika berbinar. Gadis itu langsung mengambilnya, "Makasih," ujarnya.

Dengan segera, Beby membukanya dan memakan isinya.

Abay menggeleng pelan. "Sumpah, ini tuh enak banget, Bay. Lo mau." Beby menyodorkannya pada Abay.

Namun, detik selanjutnya ia tersadar. Ayolah, ini Abay bukan Rios. Mana mungkin Abay mau di suapin oleh Beby?

Beby hendak menarik tangannya kembali. Namun, dengan cepat Abay menarik pergelangan tangannya dan memakan roti bakar itu.

Beby terkejut.

"Suka? Kalau suka, nanti gue beli lagi," kata Abay setelah menelan roti bakar itu.

Beby menutup roti bakarnya, "Bay," panggil Beby.

"Kenapa, hm?"

"Lo … gak malu deket sama gue?" tanya Beby.

Abay mengerutkan alisnya, "Malu? Buat apa?" tanya Abay.

"Lo tau kan? Gue tukang makan, nama gue juga udah jelek gara-gara tadi. Mending, lo jangan deket-deket gue deh, gue takut lo malah malu nantinya."

"Pacar gue juga selingkuh karna lebih milih yang lebih kalem dari gue," cicit Beby.

Abay beranjak, cowok itu berdiri dengan lututnya di depan Beby yang duduk di kursi.

Tangannya terulur mengusap pipi gadis itu, "Gue gak malu. Justru, gue takutnya lo yang malu, By."

"Gue bukan cowok baik-baik, semua guru juga tau gue biangnya masalah," sambung Abay.

"Tapi … mereka gak tau lo yang sebenernya gimana, Bay," ujar Beby.

Abay mengangguk, "Nah, itu. Mereka juga gak tau lo yang sebenernya kaya gimana, By. Gak usah terlalu denger apa kata orang, selama lo nyaman jadi diri lo, gak ada yang salah."

"Mereka nyinggung soal … maaf … lahirnya lo, ya udahlah, hidup lo lo yang jalanin. Mereka juga gak patungan buat makan lo kok," sambung Abay.

Tangan Beby terulur menyentuh anting hitam cowok itu. "Lo kenapa pake ini?" tanya Beby.

"Karna gue suka sama segala hal yang bikin gue nyaman," ujar Abay.

Cowok itu tersenyum, "Termasuk deket sama lo."

TBC

Iya Bay, iya. Beby buat Abay aja:')

Double up lagi nih:')

Ada yang ingin di sampaikan untuk Beby

Abay

Rios

Regita

See you!

Enemy Boyfriend [Selesai]Where stories live. Discover now