Chapter 06

153K 18.3K 3.4K
                                    

Butuh waktu satu jam untuk Alma bersiap berangkat ke sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Butuh waktu satu jam untuk Alma bersiap berangkat ke sekolah. Pagi ini, ia berniat membawa bekal sarapan karena perutnya sepertinya sedang enggan mencerna makanan pagi-pagi buta. Dengan kerudung seragam yang belum dijarumi, Alma turun, berniat ke dapur untuk menyiapkan bekalnya.

Namun, wujud seseorang mengejutkannya saat telah menuruni separuh tangga. "What?!" Ia melihat Adriel tengah duduk manis di ruang tamu rumahnya yang berada di dekat tangga. Alma buru-buru menyampirkan kerudungnya hingga lehernya tertutupi. "SAVER!" panggilnya.

Pemilih nama tengah tersebut langsung menengok ke arah tangga. "Halo," sapanya dengan lambaian tangan.

"Lo ngapain subuh-subuh udah di rumah gue?!" tanya Alma sembari melanjutkan langkahnya turun.

"Mau jemput kamu lah."

Alma menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa semalam Adriel bilang akan menjemputnya untuk berangkat ke sekolah. "Tapi kan semalem gue belum bilang 'iya'."

"Ya udah sekarang bilang 'iya'," balas Adriel solutif.

Alma tak menanggapi. Ia kembali pada tujuan awalnya—ke dapur.

"Ih jangan tinggalin aku!" seru Adriel dramatis, langsung berdiri dan ikut kemana Alma pergi.

Sesampainya di dapur, Adriel melihat Alma tengah membuka-buka lemari, mencari sesuatu. "Kamu mau masak?" tanyanya.

"Enggak. Udah dimasakin budhe."

"Terus mau ngapain?"

"Siapin bekal."

Adriel berbinar-binar. Ia percaya diri bahwa Alma sedang mulai mencoba memberinya perhatian. "Buat aku?"

Alma menatap Adriel dengan alis naik, lantas menggeleng.

"Kirain buat aku." Adriel mencebik, ditampar oleh ekspektasinya sendiri.

Wajah melas itu membuat Alma iba. "Lo mau?"

"Mau," jawab Adriel dengan anggukan semangat.

"Ya. Gue siapin sekalian." Alma lantas mengambil kotak bekal satu lagi dari dalam lemari.

Adriel seketika tersenyum. Senyuman terlebar pertamanya hari ini. "Makasih."

"Ya."

Sembari menata bekal, Alma memperdalam keheranannya dengan tingkah Adriel yang sudah tidak seperti Adriel sama sekali. Kemarin-kemarin, sikap Adriel masih belum sedrastis ini bedanya. Alma jadi merasa aneh karena rasanya benar-benar seperti bertemu dengan orang baru.

..........

Jam enam lebih sekian, mereka bergegas berangkat ke sekolah. Meski sudah berangkat lebih pagi, tapi macet tetap saja tidak terhindari. Lewat jalur alternatif pun sama saja. Tapi tak apa, Adriel berterima kasih pada lambannya lalu lintas pagi ini. Ia jadi bisa lebih lama berdekatan dengan Alma.

Alma's Fortune [New Version] - Re-publishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang