Chapter 02

937 91 21
                                    

Menangis tanpa suara itu sakitnya luar biasa.
_____________________

Alia terlalu sibuk membuat bubur, hingga tidak menyadari bahwa Firda sedang memperhatikannya. Wanita separuh baya itu menghampiri anak kandungnya. Awalnya Alia terkejut dengan kedatangan Firda, tetapi dia berusaha agar terlihat biasa-biasa saja.

"Bubur untuk siapa?" tanya Firda.

"Bubur ini untuk Alia, Ma." Alia menjawab seraya merapikan barang-barang yang terlihat berantakan.

"Hm, sudah berani membohongi Mama ya?" ucap Firda dengan tatapan penuh selidik.

"Bohong apa, Ma?" Alia berusaha menahan gugupnya, ketika Firda menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Sedangkan, Firda? Wanita itu mencoba mengambil alih mangkuk berisi bubur dari tangan Alia.

"Kamu sudah makan, sebelum membuat bubur itu. Mama tahu, bubur ini untuk Asheeqa, 'kan? Kenapa kamu peduli sekali dengan anak itu? Dia bukan adik kandung kamu dan dia tidak ada hubungan darah dengan kamu, Alia." Firda membuang bubur yang ada di mangkuk tersebut ke dalam tempat sampah.

"Asheeqa adiknya Alia, Ma. Meskipun kami enggak ada hubungan darah, tapi kami saling menyayangi. Bukankah, sudah sepantasnya seorang kakak peduli kepada adiknya?" tanya Alia dengan nada yang bisa terbilang cukup tinggi.

"Bahkan, kamu berani berbicara dengan nada tinggi di hadapan Mama kamu. Jangan terlalu dekat dengan anak sialan, itu! Dia akan membawa pengaruh buruk untuk kamu, Alia." Firda sangat kesal dengan sikap Alia. Putrinya itu selalu saja memberikan perhatian lebih kepada Asheeqa.

"Maaf, Alia enggak bermaksud untuk berbicara dengan nada tinggi di hadapan Mama. Anak sialan yang Mama maksud itu bernama, Asheeqa Syazani Albirru. Dan, dia adalah adiknya Alia. Asheeqa memang bukan adik kandung Alia, tetapi Alia sangat menyayanginya, apa pun akan Alia lakukan untuk Asheeqa." Alia tidak kuasa untuk menahan tangis. Perkataan Firda telah membuatnya kecewa meskipun hanya mampu diungkapkan dalam hati.

Alia melangkah pergi meninggalkan Firda. Alia berpikir, mungkin dia harus berbicara empat mata dengan Asheeqa.

Saya akan membuat kamu menderita, Asheeqa. Batin Firda.

--oOo--

Sinar matahari sudah merambat masuk melalui celah kamar Alia. Gadis bertubuh tidak terlalu tinggi itu sudah siap memakai seragam sekolahnya. Alia berjalan memasuki kamar Asheeqa yang tidak dikunci dari dalam. Dirinya melihat Asheeqa sudah siap memakai seragam sekolah yang sama dengannya.

"Dek, kamu yakin mau sekolah?" tanya Alia, sementara Asheeqa hanya tersenyum manis seraya menganggukkan kepalanya.

"Yakin, Kak. Asheeqa, sudah sehat. Yuk, kita berangkat sekolah!" ajak Asheeqa dengan menarik pergelangan tangan Alia, agar mengikutinya.

Alia menghentikan langkahnya, lalu melepaskan genggaman tangan Asheeqa. Alia mendengar suara Firda dari arah dapur dan berinisiatif untuk menghampiri.

"Dek, kamu tunggu di sini sebentar ya!" ucap Alia dan dijawab oleh Asheeqa dengan menganggukkan kepalanya.

Alia melihat Firda yang sedang merapikan meja makan dengan sesekali menggerutu kesal.

"Piring kotornya banyak sekali. Biarkan saja, Asheeqa yang akan merapikan semuanya. Anak itu memang pantas dijadikan pembantu. Intinya, dia harus mencuci piring, pakaian; menyapu lantai, menyapu halaman; memberi makan Moly, dan menggosok pakaian." Firda mencatat apa yang harus dilakukan oleh Asheeqa, termasuk memberi makan kucingnya yang bernama Moly.

Asheeqa's Dream [COMPLETE]✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant