-5-

46 17 28
                                    

Tok...tok...

Fokus Gabi terpecah, Ia mengucek matanya sekejap agar tidak buram. Novel dipangkuannya dipindah alihkan ke sembarang tempat. Ia bangkit dari ranjang dan berjalan ke arah pintu sempoyongan. Perutnya agak kram akibat datang bulan.

Ceklek...

Terpangpanglah wajah Emma yang masih cantik diusianya sekarang dengan senyum manisnya.

"Kenapa Mah?" Tanya Gabi.

Perasaan ini belum waktunya makan malam, batin Gabi.

"Ayo ke bawah, tuh Eron udah nungguin," santai Emma.

Emma langsung berlalu, tapi baru sampai puncak tangga, lengannya langsung ditarik tanpa aba-aba oleh Gabi. Alhasil Ia kembali membalikkan badannya ke arah Gabi.

"Astaga, ada apa?" Kaget Emma. Untung saja Ia tidak jatuh. Matanya memandang Gabi penuh tanya.

"Hah? Eron Mah?" Tanya Gabi linglung.

Apa itu Eron cowok yang ada di sekolahnya? Secara yang Gabi tahu, cowok bernama Eron adalah cowok yang tadi Ia tabrak di kantin. sontak saja kepala Gabi menggeleng.

"Enggak-enggak mungkin." Gabi berusaha menghilangkan pikiran konyolnya.

Nama Eron kan banyak, batin Gabi.

"Kenapa? Kamu pusing?" Khawatir Emma.

Punggung tangan Emma menyentuh permukaan kening Gabi, tidak panas atau dingin. Emma semakin mengerutkan keningnya.

"Ehh, gak kok. Haha," tawa Gabi canggung. Bisa-bisanya dia memikirkan Eron si muka tembok yang satu sekolah dengannya.

"Cepet kebawah," Emma memutar tubuhnya, "Mamah mau ambil ponsel dulu di kamar." Emma menghilang meninggalkan Gabi yang sekarang bulu kunduknya meremang.

Diam-diam Gabi mengintip dari atas tangga ke arah ruang tamu, mata hazel nya melotot tak percaya, Ia mengucek matanya, takutnya salah lihat. Tapi matanya sehat, benar-benar sehat. Disana dengan jelas ada sesosok makhluk berjenis kelamin lelaki, yah Gabi akui dia memang tampan. TAPI, menyebalkan. Sedang duduk manis bagai buaya yang sedang menunggu mangsanya datang.

Pikirannya berkecambuk, kenapa coba lelaki itu ada di rumahnya. Aduhh, mau ngapain dia kesini? Batin Gabi.

Tak sengaja mata Gabi bertubrukan dengan mata hitam dan tajam Eron. Buru-buru Gabi mengalihkan pandangannya. Dari arah bawah Eron hanya menatap malas ke arah Gabi. Lewat matanya Ia seolah mengisyaratkan agar Gabi segera turun ke bawah.

"H-ha-i," gagap Gabi, Ia menampilkan senyum canggung.

Gabi menuruni satu-persatu anak tangga dengan langkah pelan. Bukannya Ia salah tingkah, hanya saja Ia takut Eron berbuat macam-macam. Meskipun itu mustahil.

"Ngapain kesini?" Tanya Gabi, "ohh, lo temen gue juga ya?" Sambung Gabi. Ia berusaha mencairkan suasana canggung yang memenuhi ruang tamu.

Eron menaikkan sebelah alis, apa telinganya tak salah dengar? Teman? Matanya memandang Gabi dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Merasa diperhatikan, Gabi kesal. "Apa lo liat-liat? Gak sopan banget!" Sentak Gabi dengan mata melotot lucu.

Hello, Gabi ini cewek tulen, jika ada cowok yang menatap dirinya begitu, tentu saja Ia tersinggung. Apalagi yang menatapnya adalah Eron.

Eron memutar bola matanya malas. Ternyata benar, Gabi amnesia, batin Eron.

Ini adalah kesempatan dirinya untuk menjauh dari gadis kekanakkan yang ada dihadapnnya ini, tapi itu semua sepertinya hanya ilusi, karena mamahnya bersikeras jika Eron harus selalu melindungi Gabi, apalagi Ia sudah berjanji. Seorang pria tidak akan mengingkari janjinya.

Who I'm?Where stories live. Discover now