Bimbang

4.5K 438 93
                                    


Dandelion kembali

Maaf jika banyak typo 🙏

Happy reading

Dande duduk termenung di balkon kamar apartemen, menikmati langit orange kemerah-merahan, dia suka menghabiskan waktu di sana untuk sekedar menyaksikan detik-detik matahari terbenam.

Seminggu sudah Dande keluar dari rumah sakit, kedua orang tuanya melarang untuk pergi sekolah untuk minggu-minggu ini. Takut kondisinya drop kembali.

“Adek.” Fitri memegang pundaknya Dande menampilkan senyuman hangat.

“Pamali, duduk-duduk di luar waktu magrib. Ayo masuk kamar.”

Dande mengikuti perkataan mamanya, masuk ke dalam.

Tak lama Reza datang masuk ke dalam kamar Dande, bergabung bersama anak dan istrinya yang duduk di kasur king size.

“Ada Ma, Pa? Kok kalian liatin Adek gitu amat,” ucap Dande bersandar di headboard. Heran tatapan kedua orang tuanya seperti ingin mengatakan sesuatu.

“Adek mau 'kan kita pindah ke LA? Di sana pengobatannya bagus dibandingkan disini.” Reza mengelus rambut Dande, Memang dia jauh-jauh hari merencanakan kepindahan mereka.

Dande meremat selimut tebalnya. “Tapi ... kalau kita pindah nanti nggak bisa lagi dong ketemu sahabat aku, Pa.”

Video call 'kan bisa dek, lagian kita akan kesini lagi diwaktu liburan,” ucap Fitri meyakinkan Anaknya.

Namun Dande masih gelisah, sebenarnya bukan itu saja yang membuatnya berat mengiyakan perkataan orang tuanya. Dia takut tidak bisa bertemu Bunda, Ayah dan kedua kakak kembarnya.

“Beri Adek waktu buat mutusin itu,” jawab Dande.

“Kami tunggu jawaban Adek. Sekarang Adek ganti baju, kita makan di luar hari ini,” ucap Reza, diangguki  malas Dande. Merasa tidak bersemangat setelah pembicaraan itu.

🌼🌼🌼

Tumpukan Dokumen penting yang harus ditanda tangani membuat pusing kepala Fahri. Aktivasnya terganggu saat panggilan telepon kantor yang berada di meja kerjanya berbunyi.

Maaf pak, Tuan Tama datang lagi.”

“Saya sibuk, suruh saja dia pulang.”

Fahri memutuskan sambungan, melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.

Fahri menggeram mendengar keributan diluar, selalu saja datang menggangunya.Tidak disangka-sangka orang yang ingin bertemu Fahri menerobos masuk. Fahri duduk santai memperhatikannya, mengkode sekretarisnya agar segera keluar meninggalkan mereka berdua.

'BRAK'

Orang itu menggebrak meja kaca kerja Fahri dengan sekuat tenaga, menimbulkan suara retakan di sana. Dia Tama sahabatnya Fahri.

“Apa-apaan lo Fahri! Kenapa lo tolak kontrak kerja sama perusahaan gue? Sekarang gue lagi butuh lo,” ucap Tama marah.

“Perusahaan apa lo bilang? Emang lo pikir gue nggak tau bisnis haram lo! Sorry, gue nggak bisa bekerja sama dengan perusahaan bermain kotor,” balas Fahri angkuh.

Dandelion [OPEN PO]Where stories live. Discover now