"Aku pikir kau akan melupakanku, Magnus" "Jangan konyol kau tahu aku sangat mencintaimu" "Ayo bersiap, kita pulang rumah terasa sepi dan Maurice..." "Jadi namanya Maurice?" "Ya seperti yang kau inginkan, seperti neneknya" "Aku ingin melihatnya seperti apa dia" "Kau akan melihatnya nanati, dokter melarangku membawanya kerumah sakit" "Ya dokter benar" Alec dengan telaten membantu Magnus, Magnus kehilangan kekuatannya saat ia diketahui hamil tidak tahu atas dasar alasan apa.
Semua berkumpul dirumah Magnus untuk menyambutnya, Magnus meletakkan tangannya ditangan Alec "Magnus ada apa?" Alec berjongkok "Akankah Maurice menerimaku" "Dia pasti mengenali Daddynya" Alec bangkit dan mendorong kursi roda melewati portal "Selamat datang" pekik mereka, mata Magnus memandang kesosok kecil cantik memeluk kaki Maryse "Maurice itu Daddy" Maurice mengeratkan pelukannya menggeleng "Maurice" Alec membentak nya pelan yang lain terdiam
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Sudah Alec tidak apa apa, dia hanya anak kecil dan itu wajar" Maryse menggendong Maurice "Magnus" Alec memandang sedih ke Magnus tapi wajah itu tetap tersenyum "Aku tidak apa apa, sungguh" "Jangan bohong aku mengenalmu" "Benar yang dikatakan Alec, Magnus setelah apa yang terjadi" "Aku lelah kalian nikmati saja, Alec" "Baiklah" sudut mata Magnus memandang Maurice tertawa tawa bermain bersama yang lain.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Magnus membelai foto Maurice, Alec sedang menemani Maurice yang merengek ingin ketaman "Jangan berlari Maurice nanti jatuh" "Ayah kupu kupu" "Maurice, kenapa tidak mau dengan Daddy?" "Mau Mau tidak kenal" "Bukankah ayah pernah membawa Maurice ketemu Daddy" "Mau Mau tidak ingat, yah" Alec memijit dahinya "Daddy sangat sedih karena Maurice tidak mau dengan Daddy" Maurice menunduk memainkan kancing berbulunya "Maaf Ayah" pelan hampir tidak terdengar.
Mereka pulang dan melihat Magnus sedang membaca diruang tamu ia menutup bukunya tersenyum menghampiri mereka ia ingin membantu Maurice melepaskan jaketnya namun Maurice mundur hati Magnus sakit ia ikutan mundur dan memutuskan kekamar "Ayah bilang apa tadi Maurice" bisiknya sambil membuka jaket Maurice.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Maafkan dia bersabarlah padanya, Magnus" "Aku tidak apa apa, tanpa kau pinta aku pasti melakukannya" "Magnus, inilah karena aku sangat mencintaimu" "Alec" Magnus memeluknya tubuhnya bergetar "Aku gagal menjadi ayah" Magnus menggeleng masih memeluknya "Tidak, kau ayah yang baik Alec" isaknya pelan.
Alec bersiap hendak pergi "Kau mau kemana, Alec" "Aku ada misi, aku akan ke Idris" "Maurice akan ikut bersamamu" "Tidak, di institut tidak akan ada yang menemaninya ibu dan ayahku juga keluar kota" "Baiklah, berhati hatilah Alec" Alec mencium bibir Magnus dan mencium pucuk kepala Maurice langsung pergi terburu buru. Maurice memandang Magnus dari kejauhan ia lapar, kaki kecilnya melangkah dengan takut takut "Daddy" Magnus menutup bukunya
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Ada apa Maurice sayang?" "Mau Mau lapal Daddy" "Daddy pesankan makan ya?" "Nggak mau nanti lama" "Bagaimana kalau Daddy masakkan" "Emang Daddy bisa masak?" "Bisa dong, Maurice mau makan apa?" "Mmmmmm Mau Mau pengen apa aja deh" dia terkekeh lucu.
Alec sangat marah ia membentak Magnus dan Magnus hanya diam saja ia hanya menunduk diam "Dia alergi seafood, Magnus" "Maaf Alec" "Kau tidak meyukainya karena sikapnya padamu? Pandang aku Magnus" suara Alec semakin tinggi Magnus menggeleng
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Kau ingin dia...." "Tidak Alec" suara Magnus meninggi "Sekarang dia di UGD Magnus" "Baik itu salahku aku tidak tahu dan cukup dengan semuanya aku ingin bercerai" Alec terdiam mendengar ucapan Magnus ia mematung, Magnus kekamar mengemasi barang barangnya dengan susah payah ia lelah ia hampir mati untuk semua ini.
"Magnus jangan pergi" gerakan Magnus terhenti "Aku menyerah" Magnus meletakkan tasnya dipangkuan dan pergi keluar melewati Alec ia sudah menelpon taxi, ia akan pulang kerumah lama. Maryse menampar keras wajah Alec air matanya mengalir "Ia hampir tewas demi mempertahankan Mairuce untuk kita kau menghinanya dengan kata katamu ia memang belum mengenal Maurice kau lupa?" "Ibu aku...." "Kau akan menyesal" Maryse menemui cucunya yang kembali sehat dan ceria.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Magnus menyibukkan diri dilab nya saat hendak meraih botol yang tinggi tangan lain membantunya Magnus berbalik "Alec, apa yang kau lakukan?" "Magnus maafkan aku, aku tahu aku sudah keterlaluan padamu" "Pergi" "Daddy" Maurice berlari kearahnya "Mau Mau sudah sehat, maafkan Daddy" "Aku sudah Daddy tidak apa Daddy, kan aku anak Daddy sekuat Daddy" Magnus tersenyum Maurice bercanda dan bermanja manja dengan Magnus "Daddy kangen dengan Maurice" "Aku juga Daddy, ayo pulang Daddy ayo" ia menarik narik tangan Magnus "Daddy tidak bisa" "Kenapa, Daddy malah dengan Mau Mau?" "Mana mungkin Daddy marah dengan anak Daddy yang cantik ini" "Jadi kenapa?" "Magnus kumohon pulanglah bersama kami" "Ya Daddy, kalau Daddy tidak pulang Mau Mau nangis" "Baiklah, kalian berdua ini sama sama manja" keduanya terkekeh.