20

1.1K 131 15
                                    

Rabu, 06 Maret 2024

Jam 12 siang. Tadi jam 11 ada kerjaan Guys. Kalau tadi malam juga gak update karena sibuk.

🍋🍋

Selamat membaca

Seisi lapangan senyap setelah Eva berkata lantang menolak perintah Arta padanya. Anehnya sang Raja tak sedikit pun tampilkan raut marah, ia menaikkan sebelah alis memandang gadis mungil itu. Cengkeraman tangannya sudah terlepas dari pipi itu.

Sementara di lain sisi anggota inti Kompeni asik mengobrol sambil berbisik-bisik takut terdengar. Yoyon menggoda wajah pundung Edo. Cowok itu baru saja bisa berkumpul setelah menempuh perjalanan cukup jauh mengantar sang pacar tersayang. Kapan lagi Yoyon berkesempatan meledek Edo 'kan? Biasanya cowok itu selalu dipuji. Segala kelebihannya itu selalu menjadi bahan perbandingan orang-orang terhadapnya. Yoyon tak suka!

"Apakah couple goals Taruna Bangsa akan segera tergantikan??" Pidatonya mengundang cekikikan orang yang mendengar.

Rehan tertawa. Jelas yang dimaksud Yoyon tadi adalah dirinya dan gadisnya yang mungkin bisa saja menggeser status kepemilikan yang selalu tersemat dari pasangan Edo dan Aurel yang tampak serasi dan sangat romantis.

Ari dan Reza menutup mulut menahan tawa yang hendak berderai. Sedang Edo si korban perundungan hanya tampilkan raut datar seakan tak peduli. Fokus pada dua orang yang menjadi pusat perhatian sedari tadi.

Arta yang ingin mengklaim Eva sebagai babu.

Arta yang terlihat tenang seperti ini justru membuat Eva dilingkupi perasaan takut yang semakin menjadi. Arta itu seperti kejutan yang tak bisa Eva prediksi seberapa berbahayanya.

Cowok itu mengangguk paham. Ia memasukkan ke-dua tangannya ke dalam saku celana. Mari acungi jempol satu-satunya orang yang berani menentang perkataannya ini. Dengan santai Arta beranjak dari sana dan berbalik untuk kembali ke tempat duduknya.

"Mulai besok angkut semua barang lo yang tersimpan di Taruna Bangsa," katanya sarat makna. "Seluruhnya tanpa terkecuali!" lanjutnya lagi dengan intonasi penuh keangkuhan.

Eva mengernyit bingung. Barangnya tidak boleh diletakkan di sini? Beberapa detik setelahnya barulah Eva menyadari bahwa Arta menginginkannya untuk keluar dari SMA ini. Eva kehabisan kata-kata. Ini adalah ancaman yang paling mematikan untuknya.

Eva menggeleng tak percaya dengan kekejaman cowok ini terhadapnya. Tidakkah dia memikirkan bahwa Eva ini sudah tak punya ayah lagi? Ibunya hanya seorang penjual kue. Siang malam Eva habiskan untuk belajar demi memperjuangkan sekuat tenaga beasiswa ini!

"Paham maksud gue?" Arta lanjut bicara. "Gak usah nangis. Gue gak akan iba," katanya dengan sangat kejam.

Eva menarik napas yang terasa sangat sulit sampai di paru-paru. Sesak sekali seperti ada beban berat yang menikam hati hingga dadanya teramat ngilu.

"Gue Eva Nur Shafaah!"

Sumpah demi apapun Eva tak bisa melanjutkan ini. Tangisannya mengucur deras tak bisa lagi untuk ditahan. Bersama dengan isakan yang makin nyata terdengar. Seumur hidupnya Eva tak pernah merasakan direndahkan sebegininya.

Eva membekap mulutnya menahan isakan keras yang mana sampai membuatnya kesulitan untuk berbicara. Ia mengepalkan tangan melawan segala sesak yang dirasa.

"Mulai detik ini, gue Eva Nur Shaafah siap menjadi babu Artanabil Hibrizi, ketua geng Kompeni. Dan kalian semua sebagai saksi!"

Eva langsung berteriak lantang. Bukannya tak ingin berujar pelan, tapi takutnya Arta memintanya untuk mengulangi perkataan menjijikkan ini dengan suara besar. Lebih baik satu kali, tapi pasti!

Ketua OSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang