13

164 116 18
                                    

Pagi sudah menyambut dengan membawa segala keceriaan. Pantulan cahaya matahari sudah masuk melalui celah jendela kamar. Dita menggeliat, lalu membuka matanya secara perlahan. Setelah matanya terbuka sempurna, ia langsung merubah posisinya menjadi duduk sambil memijit pundaknya yang  terasa pegal akibat mengikuti acara camping kemarin. Ia beranjak dari kasurnya, lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Setelah menyelesaikan ritualnya di kamar mandi, ia segera bersiap pergi ke kampus untuk menjalani kewajibannya sebagai mahasiswa. Ia keluar dari kamarnya, lalu menuju meja makan untuk sarapan.

"Selamat pagi, Bukle," sapa Dita, membuat Andini menoleh kearahnya.

"Selamat pagi juga, Dita," balas Andini

"Maaf, ya, Bukle ... Dita gak bantuin Bukle siapain sarapan,"

"Iya, gak papa. Bukle tau kalau kamu pasti capek,"

"Hehe, Bukle pengertian banget, sih. Pantesan aja Pakle sayang sama Bukle,"

"Kalau gak sayang, gak mungkin dijadikan istri kan?" goda Andini

"Eh, iya. Bener,"

"Yaudah, sarapan dulu. Kasian tu Mas Bambang udah nunggu,"

"Iya, Bukle,"

Dita mulai menyuap sarapan yang disediakan oleh Andini. Setelah sarapan, ia pun langsung berpamitan kepada Andini untuk pergi ke kampus.

"Dita pamit, ya, Bukle." Dita mencium punggung tangan Andini

"Iya, hati-hati. Belajar yang bener."

"Oke, siap. Dadah ... Assalamualaikum,"

"Waalaikumussalam,"

Dita berjalan keluar dari rumah dan melihat Bambang sudah berada di dalam mobil. Dita terkekeh dan menggelengkan kepalanya saat melihat bambang menoleh kearahnya dengan menggunakan kaca mata hitam sambil tersenyum jahil.

Dita masuk ke dalam mobil, lalu duduk di kursi penumpang.

"Tumben pake kacamata Mas?"

"Hehe ... saya sengaja supaya Mba Dita ketawa,"

"Hehe, ya ampun, Mas ... Mas." Dita menggelengkan kepalanya melihat tingkah supir Pamannya pagi ini.

"Jalan sekarang, Mba?" tanya Bambang

"Besok, Mas."

"Lah, Mba nya malah ngelawak,"

"Bukan ngelawak,"

"Lah, terus?"

"Ngelucu,"

"Yaelah, sama aja Mba. Mba Dita nih ternyata kocak juga, ya,"

"Hehe ... udah-udah. Ayo berangkat,"

"Oke,"

Bambang mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, membuat Dita merasa nyaman saat di perjalanan karena tak lagi dikejar waktu.

Saat sampai di kampus, ia keluar dari mobil tanpa ragu dan rasa malu. Pasalnya, ia sudah kebal dengan tatapan mahasiswa yang selalu membuatnya merasa risih saat ingin keluar dari mobil.

Bambang tersenyum saat melihat Dita tak lagi canggung untuk keluar dari mobil dan itu cukup membuatnya merasa lega karna ia tak perlu lagi membujuk Dita.

Dita berjalan di koridor menuju kelas dan  semua mahasiswa menatap kearahnya sambil tertawa. Dita menunduk sembari mempertanyakan kepada dirinya, mengapa semua mahasiswa menatapnya seperti itu? Apa yang salah dengan dengannya?

Kamu, Sekejap Mata ✅Where stories live. Discover now