34 || Rencana & Pilihan

3.2K 320 26
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

"Ini ada apa? Kok ayah pulang dengan wajah gak bersahabat? Kalian berantem?" tanya Sabila yang menerobos masuk ke rumah calon mama sambungnya ini.

Camelia terduduk di atas kursi riasnya dengan alis tertekuk, "Apa aku keterlaluan?"

"Kalian ini udah tua masih aja ngambekan kayak anak kecil aja. Emangnya ada masalah apa?"

"Bunda kamu masih ada di rumah?"

Hidung Sabila mengernyit, "Pertanyaan aneh."

"Jawab aja, Bil."

"Ngelantur kamu. Gak ada bunda di rumah."

"Bohong. Pasti ayah kamu yang kasih tahu kamu supaya bohong."

"Silahkan cek sendiri kalau gak percaya."

Camelia mendengus dengan mata menyipit sinis, "Pasti kalian udah sembunyiin."

Karena geram dan kebingungan, Sabila melempar bantal tepat ke wajah Camelia yang tak berkesempatan mengelak. "Sadar. Kamu itu demam atau amnesia?"

"Jadi... di rumah emang gak ada bunda kamu?"

"Ya enggaklah, buat apa? Ayah juga ngelarang bunda buat datang ke ulang tahunku, masa sekarang ayah masukin wanita yang udah bukan mahram-nya lagi?"

Benar juga apa yang dikatakan Sabila. Tapi, sebenarnya apa yang dilihatnya semalam? Jelas-jelas ia melihat sosok sang wanita anggun itu berjalan beriringan memasuki rumah. Kalau bukan, masa hantu?

Sabila hendak keluar dari kamar Camelia, namun Camelia menghentikannya dengan bertanya, "Kalau misalnya ayah sama bunda kamu balikkan lagi, kamu mau gak?"

Sabila memutar lehernya kaku, "Gelas yang pecah udah gak bisa utuh lagi."

"Tapi, jika sedikit berusaha buat menyatukan bagian yang hancur itu mungkin masih ada harapan."

Untuk menjawab pertanyaan itu, Sabila terdiam cukup lama memikirkan jawaban yang tepat. Ia bisa meraba kalau Camelia tengah meragu terhadap ayahnya. "Ayah gak pernah ngajarin aku untuk berharap pada sesuatu yang gak pasti. Apapun yang terjadi sekarang adalah takdir Allah dan kita tidak boleh menentang takdir."

Penuturan Sabila yang lugas membuat Camelia tertegun. Seharusnya ia tidak lagi meragukan kesungguhan Dimas. Seharusnya ia bisa menaruh percaya pada Dimas. Seharusnya...

...tapi, penolakan Dimas untuk pindah ke Jakarta masih membuatnya merasa tak terima dan terhina.

"Jangan terlalu diambil pusing, ikutin kata hatimu aja." ucap Sabila sebelum menghilang di balik pintu.

Belum pulih atas keresahan hatinya terhadap pemikiran Dimas dan sang mantan yang memungkinkan untuk rujuk, ia sekarang mendapat telepon dari mama-nya yang meminta daftar tamu undangan kenalan Camelia.

"Jadi, kapan kamu mau ke Jakarta lagi sama Dimas?"

Camelia memainkan ujung rambutnya yang belum kering sepenuhnya dengan malas-malasan, "Gak tahu. Dia-nya sibuk."

Sibuk marah, salah satunya.

"Pokoknya kalian harus cepat-cepat kesini, atau gimana kalau mama aja yang datang ke Bandung? Silahturahmi sama keluarga Dimas?"

Camelia Blooms [Completed]Where stories live. Discover now