7 || Menjadi Asisten Dimas

4.4K 464 9
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

Camelia hanya bisa menangis terisak di salah satu bilik kamar kecil. Perkataan pedas Dimas masih terngiang-ngiang di telinganya seperti sekawanan lebah yang bertarung. Ia mengutuk pria menyebalkan itu karena merendahkannya sedemikian rupa yang memang kalah sempurna dari semua kehebatan yang dimilikinya. Dan untuk sesaat, ia mengutuk papa-nya yang harus membuatnya berhubungan dengan pria bermulut bon cabe level setan itu.

Selagi tak ada siapapun di toilet ini, ia meledak-ledak memaki Dimas dengan mengabsen berbagai nama-nama hewan di kebun binatang. Bahkan ia menyumpahi segala jenis keburukan supaya menimpa hidup Dimas.

Setelah puas meraung-raung, akhirnya ia pun kehilangan kekuatan dan menyerah atas tangis histerisnya. Ia keluar dari bilik toilet dengan mata sembab dan terlonjak kaget melihat seorang wanita berpotongan rambut ala pria yang bersandar di tembok yang menatap lurus ke arahnya.

Camelia berusaha acuh dan menghampiri washstand dan berpura-pura fokus membersihkan tangannya. Ia sadar betul kalau wanita itu memperhatikannya dengan lekat. Dengan gerakan cepat, ia buru-buru hendak keluar toilet.

Namun gumpalan tisu menghadang jalannya. Camelia menoleh ke arah pelaku.

"Take it."

Siapa wanita ini? Wanita berseragam tanpa name tag ini membuat ia mengernyitkan dahinya.

"M-makasih." kata Camelia ragu-ragu saat menerima tisu itu.

Camelia hendak keluar, sebelum wanita itu berkata. "Dimas si bangkotan itu emang rese."

Sontak hal itu membuat langkah Camelia terhenti. Ia tertarik untuk mendengar kejelekan lain sisi seorang Dimas Angkasa.

"S-siapa kamu?"

"Gue? Manusia, tapi kadang setengah setan kalo lagi dateng."

Camelia nyengir kebingungan dengan perkataan aneh itu dan tidak tahu harus menjawab apa.

"Lu anak baru ya? Baik-baik aja ngadepin kakek tua tukang ngambek itu."

Wanita itu beranjak. Camelia kali ini menghentikannya. "Nama m-mbak siapa?"

"Denta."

"Perkenalkan, saya--"

"Iye, Camelia. Kita bakal sering ketemu kok."

🌸🌸🌸

Dengan wajah suram, ia membawa langkahnya mengitari hotel mewah nan megah milik sang papa. Hotel ini luas, terlampau luas. Puluhan kamar berderet rapih, fasilitas serba komplit, bahkan arena bermain anak pun dibuat dengan semaksimal mungkin yang mengutamakan keceriaan dan tentunya keamanan. Ditunjang fasilitas wi-fi yang tersedia di berbagai spot membuat tamu-tamu betah berlama-lama bersantai di area makanan dan outdoor yang menawarkan view kota Bandung di atas ketinggian berpuluh-puluh meter. Pasti pemandangan ini akan dua kali lipat lebih indah di malam hari.

Camelia berdiri menatap hamparan bangunan di bawahnya dengan bersandar pada teralis besi pembatas pagar dengan pikiran berkelana kemana-mana. Serangkaian kejadian tak menyenangkan sepertinya akan menempel lama dalam ingatan, membuat tingkat kebenciannya pada Dimas meningkat seribu kali lipat.

"Cameli-ah!"

Camelia berbalik terlalu cepat karena seruan itu. Ia bahkan tak bisa berkedip melihat penampakan di depannya. Ia menyingkirkan rambut yang menghalangi matanya karena tertiup angin, takutnya ini hanya ilusi matanya.

Camelia Blooms [Completed]Kde žijí příběhy. Začni objevovat