20 || Mau Mau Gengsi

3.3K 360 22
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

Hari ini, Dimas dan Camelia terpaksa harus mengekori mama Camelia untuk urusan fitting baju. Mereka tidak punya pilihan lain karena mama Camelia merongrong Dimas --anehnya bukan pada anaknya sendiri-- untuk segera datang ke Jakarta.

"Ma, bisa agak cepetan gak milihnya? Soalnya kasian pak Dimas kecapekan nyetir semalaman." bisik Camelia pada mama-nya yang nampak asik membolak-balik katalog gaun rancangan butik kenamaan ini.

"Sebentar sayang, mama harus jeli memilihnya. Kamu temenin Dimas dulu sana."

Camelia menghela nafas berat dan berjalan gontai menghampiri Dimas yang duduk sambil sesekali mengurut pangkal hidungnya. Ia merasa sangat berdosa karena kemarin sengaja membuat Dimas kelelahan dan sekarang harus datang ke Jakarta dengan tubuh letih.

"Pak... mau minum sesuatu gak?"

Dimas tak mengangkat wajahnya, "Tidak usah, terima kasih."

"Atau mau makan? Saya beliin deh."

"Tidak, Camelia. Duduk dan diam saja, kamu pun pasti sama lelahnya."

Camelia pun menurut. Melihat Dimas yang sesekali masih mengurut keningnya membuat Camelia gatal ingin menggantikan tangan Dimas.

"Bapak sakit?"

"Tidak, hanya sedikit pusing."

"Mau saya beliin obat?"

"Tidak apa."

"Mmm... mau s-saya pijitin?"

Dimas menolehkan wajahnya, "Boleh, jika tidak merepotkan."

Mendapat respon yang baik, membuat hati Camelia menghangat. Apalagi melihat wajah kuyu Dimas yang sepertinya sudah memasrahkan diri padanya membuat ia tak tahan untuk tersenyum simpul. Meski tangannya bergetar, namun perlahan tangan itu mendekat dan menyentuh pelipis berkeringat dingin itu dengan lembut.

Camelia mengurut kening Dimas perlahan hingga membuat geraman rendah lolos dari mulut Dimas yang langsung berimbas pada kupu-kupu di perutnya yang menggelepar hebat.

"Feel better?"

"Lumayan."

Setelah itu Camelia merayapkan tangannya menuju bahu --yang astaga kekar pake sekali.

"Camelia."

"Gak usah bilang makasih pak."

Dimas terdiam sejenak. "Bukan itu. Saya mau bilang kamu buka jasa pijit saja, ternyata kamu cukup berbakat."

Tak tahan dengan ledekannya, ia menampar bahu Dimas dengan bibir mengerucut. Dimas meringis pelan sambil membalikkan tubuhnya.

"Sembarangan tuh lambe kalo ngomong."

"Saya hanya menyarankan."

"Saran tuh yang bermutu, pak. Masa cantik begini disuruh jadi tukang pijit."

Untuk sesaat Dimas nampak mencerna omongan Camelia, kemudian ia mengangguk samar. "Kamu benar, biar kamu jadi tukang pijat pribadi saya saja."

"E-eh, bagaimana pak?"

"Mas, ayo sini dicoba dulu jas-nya." seru mama Camelia.

"Iya ma. Saya kesana dulu."

Camelia tak berani merespon, terlalu shock dengan barusan apa yang didengar. Dimas sedang menggombalinya 'kan?

Camelia Blooms [Completed]Where stories live. Discover now