27 || You're My Dream Now!

3.3K 366 18
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

"Sengaja. Memang mas berniat buat bertemu sama kamu."

"Hah, gimana?!"

🌸

"Oh, pasti papa yang nyuruh mas buat mastiin kondisi aku 'kan?" tebaknya.

"Tidak."

"Disuruh mata-matain aku takutnya aku terjerumus pergaulan bebas?"

Dimas melirik cepat dengan rahang terkatup, "Memang kamu begitu?"

"Ish, ya nggak lah!" seloroh Camelia. "Jadi mas ngapain ke Jepang?"

Lagi-lagi Dimas menoleh, namun sekarang ada senyum misterius yang mampir di wajah tampannya, "Mengikuti kata hati untuk menjemput jodoh."

Astaga, ini Dimas kerasukan setan tol gitu kenapa mendadak jadi gemar bikin gombalan garing?

Camelia tak tahan untuk tidak memukul lengan Dimas yang sedang berada di persneling. "Bercandanya gak lucu." katanya dengan suaranya yang bergetar di ujung. Selalu saja ia sukses dibuat baper oleh mas-calon suaminya itu.

"Maaf, mas tidak berbakat."

Camelia berdeham sebentar, "Jadi... mas datang ke Jepang buat ngapain?" tanya Camelia lagi.

"Mas hanya sedikit me-riset soal variasi jenis-jenis penginapan yang ada di Jepang."

Dalam hatinya Camelia menggerutu pelan karena ternyata alasan kedatangannya untuk urusan pekerjaan. Tidak aneh sih. "Kalau yang ini pasti disuruh papa?"

"Iya."

"Oh iya, terus ngapain mas dateng ke kampus aku?"

"Mau bertemu teman lama, kebetulan dia mengajar disana. Dan bertemu dengan kamu, murni kebetulan semata."

Lagi-lagi Camelia hanya menggerutu dalam hati. Memang tidak ada yang namanya takdir. "Oh gitu." balasnya lesu.

"Namun mas mulai memercayai kalau pertemuan kita bukan hanya pertemuan biasa melainkan takdir, saat mas menemukan diary lusuh kamu."

"What?!"

Dimas menoleh sejenak, "Iya. Diary yang isinya 'final dream' begitu."

Seketika potongan puzzle tentang sosok misterius yang datang membawakan jurnal-nya ke galeri mulai tersusun sempurna.

"Mas baca jurnal aku?!"

"Mas bukan orang lancang yang tertarik pada privasi orang. Jelas tertulis di sampulnya." balas Dimas dengan tenang.

Camelia mengangguk paham, dan lanjut bertanya lagi. "Ja-jadi... mas yang anterin jurnal aku ke galeri?"

"Iya, soalnya ada kartu nama kamu disana jadi mas mudah buat mengembalikannya."

"Lah... kenapa gak kasih sama aku langsung pas kita ketemu? Kenapa harus dititipin sama orang lain?" Iya juga, mereka sempat mengobrol tentang lukisannya saat di galeri kenapa tidak dikasih saat itu juga?!

Camelia Blooms [Completed]Where stories live. Discover now