17 || Win-Win Solution

3.4K 343 17
                                    

--Follow penulisnya, votement ceritanya

🌸🌸🌸

Baru kali ini ia merasa benar-benar grogi hingga rasanya seperti akan menghadapi kematian. Bahkan duduk di bawah intimidasi papanya tidak pernah se-ekstrem dan se-jump scare ini.

"Kamu bukan sedang berada di persidangan, jangan ketakutan seperti itu." Nah... si jin ifrit mulai bersuara.

Ia memilih meneguk air minumnya terlebih dulu sebelum membuka suaranya. Seriusan! Tenggorokannya mendadak kering bak padang pasir.

"Jadi... ini persyaratan yang kamu ajukan?"

Camelia hanya sanggup mengangguk. Ia bagaikan sedang bernegosiasi dengan investor yang alot dan keras.

Dimas membaca poin-poin yang tertera dengan seksama. "Tidak ada hubungan--"

"Jelas!" potong Camelia cepat, terlalu malu jika Dimas secara gamblang mengatakannya.

Dimas paham, tak banyak kata ia melanjutkan membaca poin-poin selanjutnya. Ia berhenti di poin nomor lima, "Tidak saling mengganggu privasi masing-masing?"

"I-iya, misalnya kalau saya tiba-tiba pengen hangout atau pacaran sama orang lain itu bukan urusan bapak."

"Apa itu berlaku juga untuk saya?"

"Emangnya bapak punya cewek lain ya?" Tanpa sadar Camelia mencondongkan tubuhnya lebih dekat, hingga Dimas harus menoyor kepala Camelia dengan pena-nya.

"Iya misalnya, seperti kata kamu."

Camelia merenungkannya sejenak, menjalani pernikahan paksaan yang ia gambarkan memang sebatas hidup bersama di bawah atap yang sama, tidak lebih. Ini seperti tinggal di asrama saja. Tidak beda jauh seperti dulu ia tinggal satu apartemen bersama Nayla. Mudah tanpa harus terlibat satu sama lain. Jadi dengan mantap ia mengangguk mengiyakan.

Dimas kembali melanjutkan sesi pembacaan syarat-syarat itu. Tiba-tiba ia berseru, "Ada apa dengan Roma?"

Masih aja nanya.

"Isn't too clear to see? Rome is city of art. Jadi, memang target saya setelah memastikan hotel berada di tangan yang tepat, saya akan tinggal di sana... untuk waktu yang lama tentunya."

Dimas manggut-manggut dengan bibir mengerucut, lalu ia melemparkan kertas-kertas itu begitu saja. "Baiklah, begini saja. Setelah saham yang saya tanam di hotel cukup besar untuk saya akuisisi, segera ceraikan saya."

Camelia melotot sempurna, menikah saja belum sudah membahas perceraian ini terlalu mengerikan dari sekedar film horor.

"Dengan adanya saham milikmu, saya juga akan mengurus soal harta gono-gini dan--"

"Tuh 'kan, udah ketebak! Bapak nikahin saya cuman buat dapetin hotel." tuding Camelia tanpa tedeng aling-aling.

"Dengarkan dulu ucapan saya sampai selesai, Camelia."

"Makanya aku udah curiga dia nerima pernikahan ini dengan pasrah." gerutunya.

Dimas memicingkan matanya, "Saya mendengarnya. Terserah kamu mau menganggap saya penguras harta, namun saya juga memikirkan nasibmu kedepannya."

Camelia Blooms [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang